Jumat, 28 Oktober 2011

Ton-ton'an

Film Dokumenter yang Harus di Ton-ton''



Kanal: Gaya Hidup





Bagaimana seseorang menginterpretasikan film yang ditonton dalam kehidupannya, bagi beberapa orang menonton film hanya bagian dari rutinitas yang berguna mencari hiburan semata, bagi sebagian lainnya dari film kita dapat belajar berbagai hal.
Pendapat orang mengenai sebuah film dapat bermacam-macam, ada yang mengomentari sesuai dengan seleranya, ada yang mengomentari dari sisi teknis pembuatan filim, ada yang mengulas tentang ide-ide yang diangkat dalam film tersebut. Pendapat-pendapat semacam ini menunjukkan bagaimana sebuah film mempengaruhi seseorang. Bahkan beberapa penikmat film genre tertentu memiliki kesamaan dengan karakter dari film tersebut. Jika boleh ditilik penonton film "Arisan" tentunya akan berbeda dengan penikmat film "Tali Pocong Perawan".
Sebagian film yang dibuat adalah film-film fiksi, terdapat satu jenis film yang masih kurang dikenal oleh orang banyak, yaitu film dokumenter. Anggapan bahwa film dokumenter banyak yang membosankan, pengambilan gambar yang masih jauh dari standar hollywood. Film dokumenter sebagai salah satu jenis film memiliki ciri khas yang dapat memikat penonton ke suatu ide-ide orisinil yang diangkat dalam film tersebut.
Bagaimana pula dengan penikmat film dokumenter? Sebagian besar penikmat film dokumenter memiliki ketertarikan dengan ide-ide orisinil yang disampaikan oleh film dokumenter, cenderung ke suatu media urban yang memikat dengan cara pengambilan yang abstrak, tidak mainstream, bahkan beberapa statis. Akan tetapi sifat-sifat film dokumenter inilah yang membuat para penikmatnya terhipnotis dan semakin menikmati. Film dokumenter disampaikan apa adanya, bagi para penikmat film yang sudah muak dengan sesuatu yang terlalu mainstream dokumenter merupakan pelarian yang indah.
Ide-ide yang orisinal inilah yang membawa film dokumenter memiliki satu segmen yang khusus di dunia sinematography. Terkadang film dokumenter mengangkat ide-ide sosial yang bisa mulai dari adat perkawinan hingga perubahan iklim yang mengubah pandangan dunia. Melalui film dokumenter pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film menjadi lebih efektif dan lebih lekat di pikiran penonton.





Menanti Film Orangutan Sintang Ala National Geographic dan Microsoft

Kompasianer menilai Aktual


Ilustrasi/Admin (Kompas Rony Ariyanto Nugroho)
Mata dunia kembali melirik Indonesia. Kali ini giliran Kalimantan Barat, tepatnya Kabupaten Sintang, yang berhasil menarik minat dunia dengan pesona Orang utan (Pongo pygmaeus). Tak kepalang tanggung, Orang utan dari Sintang tersebut akan difilmkan oleh National Geographic yang didukung oleh Microsoft, setelah ajakan kesepakatan kerjasama oleh organisasi non profit dunia, Orang utan Outreach. Berita ini saya peroleh dari satu koran lokal di Kalimantan Barat, saat berteduh dari hujan di satu warung kopi di Kota Bengkayang (satu kabupaten di Kalbar), beberapa waktu lalu.
Jarak Kabupaten Sintang dari ibukota provinsi sekitar 395 kilometer. Lokasi pengambilan film dokumenter mengenai Orang utan tersebut dilakukan di sekitar rumah adat Dayak Sintang, Betang (Long house) Ensaid Panjang, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari ibukota kabupaten. Kabarnya, lima orang anak dari beberapa negara di dunia, akan dipilih untuk menetap bersama masyarakat suku Dayak Sintang selama enam bulan, mulai Maret hingga September 2011. Lima anak tersebut akan melebur bersama anak-anak suku Dayak Sintang, belajar budaya setempat dan mengenali Orang utan di habitat alami yang ada di sana.
Betang Ensaid Panjang terletak di Desa yang bernama sama dengan rumah panjang tersebut, di Kecamatan Kelam Permai. Selain terdapat habitat alami Pongo pygmaeus, betang Ensaid Panjang juga terkenal dengan kerajinan kain tenun ikat Dayak yang sangat indah. Kain tenun ini dikerjakan secara manual dengan alat tenun yang masih tradisional. Bahan pewarna yang digunakan untuk kain ini ada yang alami, dari bahan pewarna tumbuh-tumbuhan di hutan sekitar Betang, dan pewarna kimia/buatan. Mengunjungi Betang Ensaid Panjang dapat dilakukan dengan mudah. Transportasi menggunakan kendaraan bermotor, dengan jalan darat yang beraspal.
Mata pencaharian utama penduduk di Ensaid Panjang adalah bertani dan menyadap karet. Menenun merupakan pekerjaan sampingan bagi perempuan Dayak setempat, yang biasanya dilakukan setelah menyelesaikan pekerjaan utama. Mereka juga membuat kerajinan tas, topi, tudung saji, tikar, berbahan rotan atau bambu.
Kealamian penduduk di Betang Ensaid Panjang, memang sangat menarik untuk diketahui. Kehidupan sosial dalam betang yang bisa menampung 100 orang, sangat rukun dan taat pada aturan adat istiadat yang berlaku. Termasuk, aturan untuk menjaga kealamian hutan di sekitar tempat tinggal mereka. Tak salah jika film dokumenter ala Microsoft dan National Geographic tersebut masuk dalam daftar film yang harus kita nantikan. Film ini rencananya akan diputar di bioskop dan masuk dalam 10 program National Geographic di televisi.



Kamis, 27 Oktober 2011

MODEL PEMBELAJARAN




MODEL PEMBELAJARAN



KONFLIK



Teori Konflik

B. Tingkatan konflik
Agar bisa merespon konflik secrara tepat, kita perlu memahami level (tingkatan) konflik. Ada konflik yang levelnya individual dan ada pula konflik yang levelnya kelembagaan. Keduanya akan dipaparkan secara lebih detail berikut ini.

B.1. Konflik Tingkat Individu
Dalam kategori ini, terdapat dua kategori konflik, yaitu: (1) konflik dalam diri individu yang bersangkutan, dan (2) konflik antar individu. Konflik dalam diri seseorang terjadi ketika dia mempunyai dua atau lebih kepentingan yang sifatnya bertentangan. Ketika kepentingan-kepentingan itu sama-sama menarik, atau sama-sama tidak menarik, namun dia harus menentukan pilihan, maka terjadilah konflik dalam diri individu yang bersangkutan. Konflik antar individu, terjadi ketika dua individu mempunyai kepentingan yang sama terhadap satu hal, dan mereka sama-sama tidak mau mengalah. Bisa juga, konflik terjadi ketika mereka mempunyai perbedaan pandangan atau pendapat, dan masing-masing menganggap pendapatnnyalah yang paling benar. Pertentangan-pertentangan semacam inilah yang menimbulkan konflik antar individu.

B.2. Konflik Tingkat Lembaga
Dua atau lebih lembaga, bisa terlibat dalam suatu konflik. Pada tingkat lembaga ini, ada dua tingkatan konflik: (1) konflik dalam lembaga dan (2) konflik antar lembaga.
Konflik dalam lembaga terjadi suasananya hampir sama dengan konflik antar individu sebagaimana disebutkan di atas, tetapi sifatnya lebih kompleks. Yang membedakan adalah banyaknya individu yang terlibat dalam konflik. Anggota-anggota dalam suatu lembaga saling bertentangan karena mempunyai kepentingan yang sama terhadap satu hal dan sama-sama tidak mau mengalah. Mereka mempunyai perbedaan pandangan atau pendapat dan masing-masing menganggap pendapatnyalah yang paling benar.
Dalam posisinya sebagai anggota suatu kelompok, orang akan cenderung memilah-milah diri meraka ke dalam dua kategori: ’kita’ (ingroup) dan ’mereka’ (outgroup). Ingroup adalah mereka yang menjadi anggota lembaga, dan outgroup adalah mereka yang berada diluar ingroup. Konflik antar lembaga muncul ketika ada perbedaan paham antara ingroup dan outgroup.
Kalau kita amati dinamika suatu lembaga, kita bisa menemukan adanya dalam tiga tipe konflik. Adapun tipe-tipe konflik ini adalah:
a) Konflik penugasan. Dalam kasus ini, konflik terjadi karena perbedaan pendapat dalam hal bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas. Sebagai contoh, ada perbedaan pendapat dalam satu kelompok kerja bagaimana cara kampanye yang efektif, apakah melalui radio atau televisi.
b) Konflik emosional. Konflik emosional ini melibatkan hubungan interpersonal antar anggota yang bekerja dalam satu kelompok. Dalam hal ini, emosi negatif, perasaan tidak suka terhadap orang lain menjadi hal pendukung konflik.
c) Konflik administratif. Konflik ini terjadi manakala terjadi ketidaksetujuan tentang cara merumuskan keputusan kebijakan. Konflik ini meliputi ketidaksepakatan mengenai tugas dan wewenang yang dimiliki dari anggota kelompok.
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab konflik antar lembaga: keterbatasan sumberdaya, perbedaan pandangan, atau tujuan yang tidak sejalan. Dalam konflik antar lembaga dapat berdampak pada persepsi dan tingkah laku masyarakat.
Dalam sebuah lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, setiap anggota memiliki kepentingannya sendiri. Mereka memiliki keinginan-keinginannya sendiri, dan mengandalkan resources atau sumber dayanya masing-masing. Sumberdaya tersebut dapat berupa kekuasaan, uang, informasi, dan lain-lain. Sayangnya sumberdaya ini jumlahnya terbatas dan harus ’diperebutkan’ oleh semua anggota. Pada akhirnya keterbatasan sumberdaya tersebut menimbulkan konflik diantara anggota dalam hal distribusi sumberdaya. Selain mengenai keterbatasan sumberdaya, konflik juga dapat muncul karena perbedaan persepsi, ide, kepercayaan, maupun tujuan.

C. Anatomi Konflik
Pada tingkatan apapun konflik yang terjadi, pada dasarnya konflik melibatkan unsur-unsur dasar yang khas. Kemunculannya dipicu oleh suatu kejadian penting. Sejalan dengan acara tersebut di atas, Karen Jehn mengurai anatomi dengan menanyakan, (1) apa yang memicu konflik, (2) siapa saja yang terlibat dalam konflik, (3) apa sih isu yang disengketakan, (4) bagaimana strategi yang dipakai masing-masing fihak fihak yang berkonflik untuk mencapai kemenangan,(5) konflik meluas/mereda, dan (6) apa konsekuensi dari konflik yang terjadi.
Dalam rangka menganalisis konflik, khususnya untuk keperluan menangani dan mengelolanya, beberapa pertanyaan berikut perlu diperhatikan:
a) Apa pemicu konflik?
Pemicu konflik merupakan kejadian yang menjadi “pembuka” suatu konflik dan menjadikan konflik bersifat terbuka.
b) Siapa pihak-pihak yang terlibat?
Pihak-pihak yang terlibat terdiri dari pihak yang terlibat secara langsung dalam konflik, pihak yang memberikan dukungan atau konstituen.
c) Pokok sengketa dan isu konflik?
Isu konflik merupakan hal yang menjadi akar masalah dari konflik tersebut, contoh: perebutan tanah, perebutan jabatan.
d) Apa saja strategi yang digunakan pihak-pihak yang berkonflik?
Strategi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan, tak-tik apa saja yang dilakukan pihak yang berkonflik untuk menyerang pihak lainnya. Bisa dengan menggunakan demonstrasi, penyebaran kabar burung, dan lainnya.
e) Bagaimana konflik meluas sehingga melibatkan lebih banyak pihak, wilayah yang lebih luas, dan isu yang lebih banyak?
Dapat terjadi, suatu konflik yang pada awalnya hanya melibatkan dua pihak dan satu isu, bisa berkembang sehingga melibatkan lebih banyak aktor, dan juga bertambah banyak isu yang dipertentangkan.
f) Apa hasil dan akibat/dampak yang ditimbulkan konflik?
Hasil dan akibat yang ditimbulkan bisa bersifat fisik seperti pembakaran rumah, korban tewas, kerusakan lingkungan, maupun akibat yang bersifat non fisik seperti menguatnya stereotip, trauma, pengelompokan, dan lainnya.


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.


  •  Faktor penyebab konflik
  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  • konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • konflik antar atau tidak antar agama
  • konflik antar politik.

Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
  • meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
  • kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
  • Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.

Contoh konflik


TORI KONFLIK

Psikologi test




[PSIKOLOGI TEST]

 Bwt ngeliad kamu tu kayak gimana sbnrnya!

Message:         Perhatian !!!

Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pilihan hati Anda sendiri. Hanya terdapat 3 pertanyaan dan jika Anda mengintip semua sebelum Anda menyelesaikannya,Anda tidak akan mendapat jawaban yang jujur mengenai diri Anda.

Arahkan ke bawah secara perlahan, jawablah semua tes secara berurutan dan jujur. Jangan mengintip pertanyaan nomor berikutnya jika belum menjawab jawaban yang di atasnya. Gunakan pensil dan kertas untuk menulis jawaban Anda! Anda akan memerlukannya pada saat ingin mengetahui jawaban yang jujur tentang Anda. Semua jawaban akan menceritakan banyak hal tentang Anda sendiri.
Jangan takut, ini hanya tes personality!!!…
========
PERSONALITY TEST:
Ingat tulis jawabannya dengan pensil dan kertas yang sudah Anda sediakan !!!!!!
=========
Pertanyaan #1
Urutkan lima hewan di bawah ini yang menurut Anda bisa mewakili diri Anda
(semua harus dipilih namun diurut berdasarkan prioritas pilihan).
a. Macan/Tiger
b. Kuda/Horse
c. Sapi/Cow
d. Kambing/Sheep
e. Babi/Pig
====================
Pertanyaan #2
Tuliskan deskripsi yang menjelaskan utk masing-masing hal dibawah ini menurut Anda
(Contoh Hujan — Kalimat yang ada dibenak saya adalah: Menyegarkan dan penuhberkah)
1.Anjing/Dog
2.Kucing/Cat
3.Tikus/Rat
4.Kopi/C offe
5.Laut/Sea
==============
Pertanyaan #3
Pikirkan seseorang yang juga mengenal Anda dan memiliki arti
penting buat Anda. Dimana Anda bisa menghubungkannya dengan warna di bawah ini.
Jika mendengar warna di bawah ini, siapa orang yang langsung teringat bagi Anda
(Jangan mengulang jawabannya, jawaban pertama Anda adalah yang digunakan).
Masing-masing warna dijawab hanya dengan menyebut satu nama orang
atau teman dekat yang memiliki arti.
1. Kuning/Yellow
2. Orange
3. Merah/Red (harus teman wanita/Pria)
4. Putih/White
5.Hijau/Green
=====================
===================== ====
=============================
==================== ===========
INGAT!!! JAWABAN (boleh dilihat jika anda sudah mantab/yakin dgn jawaban anda atas 3 pertanyaan diatas!)
====================================
=========== ============================
========================== ===============
JAWABAN TEST #1:
Hal ini akan menjawab prioritas hidup Anda, mana yang diutamakan:
Sapi/Cow berarti Karir
Macan/tiger berarti Harga Diri
Kambing/Sheep berarti Cinta
Kuda/Horse berarti Keluarga
Babi/Pig berarti Uang/Kekayaan
===============================
JAWABAN TEST #2:
Deskripsi Anda tentang Anjing/Dog merupakan gambaran DIRI Anda SENDIRI
Deskripsi Anda tentang Kucing/Cat merupakan gambaran Sifat Pasangan Anda
Deskripsi Anda tentang Tikus/Rat merupakan gambaran Sifat Musuh Anda
Deskripsi Anda tentang Kopi/Coffe merupakan jawaban Anda jika ditanya Makna Seks..
Deskripsi Anda tentang Laut/Sea merupakan gambaran kehidupan diri Anda sendiri
====================
JAWABAN TEST #3:
Kuning/Yellow adalah seseorang yang tidak akan pernah Anda lupakan.
Orange adalah seseorang yang Anda anggap sebagai sahabat sejati Anda.
Merah/Red adalah seseorang yang sangat Anda cintai!
Putih/White adalah Seseorang yang hatinya merupakan kembaran hati Anda /Your Twin Soul
Hijau/Green adalah seseorang yang akan kamu ingat untukselama-lamanya
======================================
= ========================================
Terimakasih sebelumnya atas perhatian kalian semua...
========================================

Rabu, 26 Oktober 2011

SWOT

MAKALAH 

PERBAIKAN DAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN WILAYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG  BERBASIS PENATAAN RUANG 1 DENGAN PENDEKATAN SWOT
( Strenght, Weakness, Opurtunity, Threat,)




Oleh

ERINE NURMAULIDYA
0716011006




Logo Unila.jpg




FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPNG
2009

KATA PENGANTAR

                Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Keritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat di harapkan dan akan di terima dengankelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Pengetahuan.

Bandar Lampung, 22 Desember 2009
Penulis






BAB I
PENDAHULUAN


A.                                        Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, diperlukan kebijakan pembangunan nasional yang tepat. Ketepatan ini diukur dari pengembangan terhadap kompatibilitas dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik (buatan). Kebijakan pembangunan yang tidak bertumpu pada ketiga potensi sumber daya tersebut akan sulit mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Ini sudah kita alami dengan terjadinya banjir di jalur-jalur utama ekonomi yang disebabkan oleh pembangunan yang kurang memperhatikan kapasitas sumber daya alam sehingga fungsi sistem sungai dan drainase tidak memadai.

 Ini juga telah kita alami dengan terjadinya bottleneck diberbagai jaringan transportasi yang disebabkan oleh pembangunan yang tidak memperhatikan tata guna lahan sehingga kapasitas sumber daya fisik (buatan) tidak lagi mampu menampung perjalanan barang dan manusia yang dihasilkan oleh tata guna lahan. Tidak efektifnya pembangunan juga dapat dialami apabila aspek sumber daya manusia sebagai bagian aspek sosial tidak diperhatikan, dimana nilai-nilai tradisi, kemampuan teknologi dan potensi sumber daya manusia harus selaras dengan pembangunan. Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada ketiga sumber daya tersebut, digunakan penataan ruang sebagai payung kebijakan pembangunan dan pengendalian dalam implementasinya. Sistem perencanaan pembangunan Nasional dan perencanaan tata ruang sama-sama menekankan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan (prioritas) secara berhirarki dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Namun, perencanaan tata ruang memiliki fokus kepada aspek fisik spasial yang mencakup perencanaan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang. Proses perencanaan tata ruang dapat dijelaskan dengan pendekatan sistem yang melibatkan input, proses dan output.

Input yang digunakan adalah keadaan fisik seperti kondisi alam dan geografis, sosial budaya seperti demografi sebaran penduduk, ekonomi seperti lokasi pusat kegiatan perdagangan yang ada maupun yang potensial dan aspek strategis nasional lainnya. Keseluruhan input ini diproses dengan menganalisis input tersebut secara integral baik kondisi saat ini maupun kedepan untuk masing-masing hirarki tata ruang Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota untuk menghasilkan output berupa Rencana Tata Ruang. Rencana Tata Ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan menciptakan keseimbangan tingkat perkembangan kota. Maka dengan berbasis penataan ruang, kebijakan pembangunan akan mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan yang memadukan pilar ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

Sistem perencanaan ruang wilayah secara substansial diselenggarakan secara berhirarkis yakni dalam bentuk RTRW Kabupaten/Kota yang selanjutnya masing-masing dijabarkan operasionalisasinya dalam rencana yang sifatnya lebih rinci. RTRW Kabupaten dan Kota merupakan perencanaan mikro operasional jangka menengah (5-10 tahun) dengan skala ketelitian 1 : 20.000 hingga 100.000, yang kemudian diikuti dengan rencana-rencana rinci yang bersifat mikro-operasional jangka pendek dengan skala ketelitian dibawah 1 : 5.000

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Apa sajakah yang menjadi program Pengembangan Jaringan Jalan kota Bandar Lampung.
2.     Bagaimanakah proses Pengembangan Jaringan Jalan kota Bandar Lampung?
3.    Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi keberhasilan pelaksaan Pengembangan Jaringan Jalan kota Bandar Lampung?

C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian  ini adalah : sebagai Rencana wilayah kota mengenai pembangunan dan perbaikan Jalan kota Bandar lampung mencakup wilayah Jl.Latjan Rya cudu dan pengembangan nya  kea rah  lampung selatan  dan  metro.

 D.  Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat:
1.      Secara  hasil penelitian ini dapat memberikan informasi Pengembangan Jaringan Jalan kota Bandar Lampung.
2.      Secara praktis hasil peneelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan bagi para pengambil kebijakan dalam Pengembangan Jaringan Jalan kota Bandar Lampung.









BAB II
PEMBAHASAN


Kerangka Pengembangan Strategis
Dalam konteks penataan ruang sebagai payung kebijakan sektoral, pengembangan kegiatan sektoral seperti kebijakan sektor jalan selain dimaksudkan untuk mencapai tujuan sektoral juga harus menunjang pencapaian tujuan pengembangan kota yang dicapai melalui integrasi dan keterpaduan antar-sektor dan lintas-wilayah sebagaimana tertuang dalam penataan ruang kota.

Untuk tingkat kota, Rencana Tata Ruang  kota yaitu sebagai penjabaran dari
Rencana Tata Ruang Wilayah dirumuskan kedalam kebijakan-kebijakan
Pengembangan Kawasan Tertentu Pengembangan Sistem Perkotaan,Rencana ini
selanjutnya di susun menjadi Indikasi Program Strategis , sebagai acuan penyusunan Rencana Induk sector wilayah Sukarame Jalur dua Jalan Latjan Ryacudu Bandar lampunng.

SISTEM PEMANFAATAN TATA RUANG KOTA DAN PENGENDALIANNYA
Pembangunan jalan yang berbasis penataan ruang dalam operasionalisasinya merupakan
pembangunan sektor jalan yang mengacu kepada indikasi program strategis penataan ruang. Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan sebagai jaringan transportasi yang paling dominan digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas memegang peranan penting dalam pembangunan wilayah. Oleh karena itu, pembangunan jalan harus kompatibel dengan potensi sumberdaya dimana penentuan jaringan jalan dan prioritas pengembangan akan menjadi penentu efektivitas pembangunan prasarana jalan dari segi dampak terhadap pembangunan ekonomi dan sosial. Untuk itu, pembangunan jalan berbasis penataan ruang memerlukan rencana tata ruang yang mempertimbangkan kondisi wilayah dari segi potensi ketiga sumberdaya dan keadaan lingkungan strategis. Selanjutnya, dalam konteks pembangunan jalan berbasis penataan ruang kota Bandar lampung khususnya di Sukarame, akan dibahas kondisi wilayah dan keadaan lingkungan strategis yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan jaringan jalan di wilayah Jalan Latjan Rya cudu. Adapun diantara kondisi Jalan Latjen Rya cudu Sukarame  dan lingkungan strategisnya yang menjadi pertimbangan dalam penataan ruang dan perbaikan  jalan adalah :

  1. pengembangan lahan pertanian dan perkebunan serta kebutuhan infrastruktur pendukungnya berupa jaringan transportasi dan kelancaran transportasi.
  2. Penghubung Jalan Alternatif Lintas timur, antara Bandar lampung, Metro,lampung timur.
  3. Transportasi jalan raya yang pada saat ini sangat intensif digunakan, tidak dapat efektif lagi mengingat kapasitasnya terutama struktur jalan tidak bisa lagi mendukung jumlah barang dan orang yang diangkut terutama beban muatan antara lain, tercermin dari kerusakan berat jalan.




kota mendorong pembangunan
Kota-kota di lintas tengah Sumatera berkembang dengan kurang didukung oleh potensi
hinterlan. Sebelum adanya lintas Timur Sumatera, kota-kota ini berkembang dengan pesat terutama sebagai jalur distribusi dan koleksi barang-barang perdagangan antar wilayah terutama dari Kota Bandar lampung. Kesepakatan Gubernur Lampung Kesadaran telah muncul di antara kecamatan di wilayah Bandar lampung.

Didasarkan atas kebutuhan untuk integrasi, sinkronisasi, dan keterkaitan antar kota dan kabupaten Daerah Gubernur Lampung telah sepakat untuk membentuk forum Rapat Koordinas telah ditandatangani kesepakatan antar Gubernur dan kecamatan yang diantaranya berisi usulan mengenai perbaikan sistem transportasi
Sumatera yang menyangkut antara lain pengembangan sistem jaringan transportasi antar wilayah dan Sistem Informasi.

Rencana Tata Ruang Kota Bandar Lampung
Rencana Ruang Wilayah kota pada dasarnya disusun dalam rangka mewujudkan keterpaduan program pembangunan prasarana dan sarana, serta pengembangan sektor-sektor lainnya sebagai bagian dari Sistem Nasional. Dengan adanya rencana tata ruang wilayah Pulau diharapkan tercipta tinjauan yang lebih luas dari masing-masing propinsi dalam mengembangkan wilayahnya sehingga problem pembangunan yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah dapat dihindari sehingga pada akhirnya pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat dan perbaikan  jalan dapat terus ditingkatkan. Fungsi RTR kota Bandar Lampung adalah memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian dan keterkaitan spasial antar kota dan antar sektor di dalam suatu kesatuan  dalam rangka optimasi pemanfaatan ruang serta memberikan acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas kota.

Muatan rencana tata ruang pulau sekurang-kurangnya mencakup 4 aspek yaitu visi dan misi pengembangan pembangunan kota, pola pemanfaatan ruang dan struktur tata ruang kota, strategi implementasi atau pedoman pengendalian, serta program strategis jangka menengah. Pola pemanfaatan ruang mencakup struktur tata ruang meliputi sistem kota-kota, sistem jaringan transportasi (darat, laut dan udara), sistem jaringan prasarana lainnya (telekomunikasi, listrik dan energi) serta prasarana sumberdaya air lintas kota.
Secara lebih detail, ke 4 (empat) komponen diatas dielaborasikan ke dalam strategi pengelolaan dan pengembangan wilayah Kota sebagai berikut :

  1. (termasuk kawasan strategis seperti Kawasan Andalan
  2. Sistem pusat-pusat pelayanan (permukiman perkotaan dan perdesaan).
  3. Sistem prasarana wilayah

Rencana Pengembangan Kawasan Andalan
Upaya untuk meningkatkan perkembangan kawasan berdasarkan potensi dan perannya
dalam suatu wilayah, maka dalam Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera dikembangkan kawasan- kawasan andalan yang di dalamnya berisikan rencana pengembangan kawasan-kawasan budidaya berdasarkan komoditas unggulan dan kawasan lindung yang direncanakan sebagai berikut:

  1. Pengembangan kawasan andalan yang mendukung langsung koridor pengembangan ekonomi
  2. meliputi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu  Kawasan Andalan Bandar Lampung.
  3. Pengembangan sistem pusat permukiman untuk mendukung keseimbangan pembangunan  kota.
  4. pengembangan sistem kota maupun pengembangan infrastruktur yang merupakan langkah operasional mengimplementasikan arahan pola pemanfaatan ruang dan struktur ruang wilayah. Untuk mendukung pengembangan kawasan andalan dan kota-kota diperlukan ketersediaan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk di kawasan dan kota. Rumusan ke dalam strategi spasial pengembangan sistem jaringan transportasi dengan esensi.
  5. Pengembangan transportasi untuk mendukung pengembangan sentra produksi perkebunan, serta sentra produksi sumberdaya alam lainnya






IV. PENUTUP

Strategi pengembangan wilayah kota ini tidak akan dapat efektif dan efisien bila tidak diselenggarakan secara terpadu oleh seluruh sektor dan seluruh daerah sebagai bagian komitmen pengembangan wilayah kota. Kerangka keterpaduan pengembangan wilayah tersebut dapat diselenggarakan dengan memanfaatkan instrumen penataan ruang, baik pada tingkat, Kabupaten maupun Kota.

Dalam upaya pengembangan jaringan jalan di Jl. Latjan Ryacudu maka pendekatan
penataan ruang merupakan input yang penting untuk mendukung upaya pencapaian tujuan pengembangan wilayah,dan mengurangi kesenjangan Pengembangan jaringan jalan didaerah perbatasan juga penting untuk menjaga teritorial.

Fungsi infrastruktur terutama prasarana jalan adalah sebagai prasarana distribusi lalu lintas barang dan manusia secara langsung berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi, berkembangannya kehidupan sosial – budaya maupun lingkungan. Disisi lain, jalan juga membentuk struktur ruang wilayah maupun perkotaan sehingga keberadaannya sangat menentukan arah berkembangnya wilayah maupun perkotaan mendatang. Salah satu wujud keterpaduan antar sektor untuk mendukung pembangunan ekonomi yang lebih merata dan adil adalah keterpaduan pembangunan jaringan jalan, terutama:


Pemantapan kehandalan prasarana jalan untuk mendukung kawasan andalan, termasuk
sentra-sentra produksi di wilayah dengan keterpaduan sistim jaringan jalan terhadap tata ruang, pemantapan kinerja pelayanan prasarana jalan terbangun melalui pemeliharaan, rehabilitasi serta pemantapan teknologi terapan, penyelesaian pembangunan ruas jalan untuk memfungsikan sistem jaringan. Pengembangan prasarana dan sarana permukiman, khususnya untuk perumahan melalui:

(a)        peningkatan prasarana dan sarana perkotaan untuk mewujudkan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Wilayah dan Lokal;
(b)        pengembangan fungsi pelayanan
(c)        pengembangan desa pusat pertumbuhan dan prasarana dan sarana antara desa-kota untuk mendukung pengembangan agribisnis dan agropolitan
(d)       mempertahankan tingkat pelayanan dan kualitas jalan kota
terutama bagi kota.










DAFTAR PUSTAKA

·         www.googel.com/ perencanaan
·         Bintarto. 1998. Geografi Penduduk dan Demografi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

·         Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta. 517 hlm.

Sosiologi Industri Makalah


DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERGESERAN NILAI KERUKUNAN DALAM
MASYARAKAT DESA




OLEH

ERINE NURMAULIDYA


















FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SOSIOLOGI
2010

BAB I
PENDAHULUAN




A.    Latar Belakang

Indonesia terutama Pulau jawa, Sumatera, terutama Lampung telah mengalami perubahaan sebagai daerah agraris. Tetapi saat ini stereotipe tersebut telah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat diantaranya dengan menurunnya hasil di bidang pertanian. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: semakin menyempitnya lahan pertanian yang disebabkan oleh adanya pengalihan pemberdayaan lahan pada bidang non pertanian yaitu pembangunan gedung-gedung bertingkat maupun untuk usaha lain seperti industri, baik industri berskala kecil sampai industri dengan skala besar. Pengaruh yang lain seperti berkurangnya minat para pemuda khususnya sebagai generasi penerus di bidang pertanian. Pada umumnya golongan muda di pedesaan sudah tidak begitu tertarik untuk bekerja di sektor pertanian. Para pemuda di pedesaan umumnya mempunyai berbagai alasan tersendiri seperti: bidang pekerjaannya relatif berat, efektifitas kerja tergantung musim, penghasilan tidak menentu, pendapatan relatif rendah dan kurang pasti (Fatimah, 2005:2). Sehingga dalam pikiran para pemuda muncul anggapan bahwa kalau tetap di bidang pertanian, maka akan selalu ketinggalan zaman, karena pekerjaan di bidang pertaniaan diidentikkan dengan masyarakat tradisional yang berpikiran belum maju.

Dari beberapa pengaruh tersebut maka muncul pemikiran/ide untuk menciptakan usaha-usaha yang bergerak di bidang non pertanian seperti industri-industri kecil/home industri sampai dengan penciptaan industri- industri berskala yang besar. Negara Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain sehingga dapat hidup sederajat dengan
negara-negara maju yang lain. Era industri dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Namun tetap ada kesadaran bahwa jalan menuju era itu tidaklah mulus. Sejumlah pakar telah menunjukkan bahwa terdapat pelbagai hal yang patut diperhatikan dalam menyiapkan diri dalam menyambut era industri itu, baik menyangkut kualitas penduduk, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam upaya mencapai keberhasilan bangsa dalam melangkahkan kaki menuju era tersebut. Pengembangan industri yang di topang dengan penerapan teknologi maju, bukan hanya menghasilkan barang-barang kebutuhan hidup secara massal dan beranekaragam, melainkan juga telah merangsang perkembangan masyarakat agraris ke arah masyarakat industri. Sebagian anggota masyarakat mulai mengambil alih nilai-nilai budaya yang terkait dengan teknologi maju yang mereka gunakan. Sementara itu sebagian besar anggota masyarakat Indonesia masih
berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial agraris yang lebih mengutamakan keselarasan hidup.

Perubahan suatu lingkungan dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan dan perubahan kebudayaan dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru/invention, difusi dan akulturasi.  Sekarang perubahan-perubahan memang sedang terjadi dalam skala dan kecepatan yang lebih, sementara antara perubahan struktural dan perubahan kultural tidak sejalan, sehingga terjadi anomie(kegalauan) pada
perangkat nilai. Anomie terjadi karena kesenjangan antara industrialisasi, teknologisasi dan urbanisasi di satu pihak dan konservatisme budaya tradisional di lain pihak. Industrialisasi telah melahirkan budaya massa yang mengarah kesemangat kolektif dalam tata nilai, teknologisasi telah menuntut penerapan metode teknik dalam segala bidang, dan urbanisasi telah menyebabkan runtuhnya nilai-nilai komunal sebuah masyarakat tradisional.  Masyarakat transisi tradisional di gambarkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang bercorak komunal- tradisional ke masyarakat industri yang bercorak individual-modern. Perubahan yang ada berupa struktur hubungan masyarakat yang belum tuntas ke corak yang lebih rasional dan komersial sebagai akibat dari proses pembangunan yang dilakukan (Maryadi, 2000:53).
Salah satu masyarakat yang sedang mengalami masa transisi adalah masyarakat Desa Srinahan Kec. Kesesi Kab. Pekalongan. Masyarakat desa  ini pada mulanya adalah masyarakat agraris yang bersifat tradisional. Hal ini ditandai dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dengan menggarap sawah yang ada di sekitar desa. Masyarakat pada masa itu sangat menjunjung tinggi prinsip gotong royong. Hal ini bisa dilihat selama proses penanaman padi, mereka dibantu oleh para tetangga. Masyarakat pada waktu itu menggunakan sistem “liuran” (saling membantu dalam menggarap sawah orang lain).

Seiring perkembangan jaman dewasa ini dan masuknya industrialisasi ke negara Indonesia, Kehidupan masyarakat menjadi berubah dari agraris ke masyarakat industri. Demikian halnya pada masyarakat Desa Srinahan. Kehidupan masyarakatnya berubah dari agraris menjadi masyarakat industri. Industri yang berkembang di desa ini adalah in konveksi. Banyak masyarakat yang membuka konveksi ini di rumah-rumah mereka. Industri konveksi ini didirikan sejak tahun 1996. Industri konveksi di daerah ini mengolah bahan kain menjadi celana. Kemudian hasil industri ini biasanya di pasarkan ke kota-kota besar seperti halnya Jakarta. Masuknya industri ke desa ini mengakibatkan berubahnya pola perilaku masyarakat. Masyarakat cenderung berperilaku seperti masyarakat pada negara-negara maju khususnya dalam hal konsumeritas. Setelah masuknya industri konveksi ke desa ini, orang-orang mulai mengurangi aktivitasnya di sawah. Pekerjaan di sawah sudah banyak digantikan oleh orang lain dengan menggunakan sistem upah.

B.      Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat diajukan
beberapa permasalahan yang akan diupayakan jawabannya dalam penelitian
ini. Adapun permasalahan tersebut antara lain adalah :

1. Bagaimana kehidupan masyarakat Desa sebelum dan sesudah adanya industri?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab pergeseran nilai budaya  di Desa?


C.        Tujuan Penelitian


Dari latar belakang dan permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Desa Srinahan sebelum dan sesudah adanya industri konveksi.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab pergeseran nilai budaya Jawa dalam masyarakat Desa Srinahan.














BAB II
PEMBAHASAN

Masyarakat Indonesia sedang memasuki era industrialisasi. Artinya, kehidupan masyarakat yang semula lebih banyak bertumpu pada kegiatan pertanian tradisional akan segera beralih pada kegiatan industri. Kalaupun nanti masyarakat tetap saja melakukan aktivitas ekonomi sebagai petani, tetapi orientasi kegiatan mereka telah beralih, tidak lagi sekedar subsisten saja tetapi sudah melangkah pada orientasi kepentingan pasar. Seiring
pun akan turut berubah. Jika semula porsi terbesar kehidupan masyarakat lebih banyak bertumpu pada kegiatan pertanian, pada masyarakat industrial akan lebih banyak terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar yang terbawa langsung oleh semakin maraknya aktivitas industri.  Sebelum dimulainya industri di desa ini, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.

Segala pekerjaan pertanian ini dikerjakan sendiri oleh petani yang dibantu oleh kelurga dan tetangga. Sistem pengolahan pertanian yang dilakukan pada waktu itu adalah liuran yaitu para petani bergantian saling membantu mengerjakan sawah milik petani lain. Biasanya, dalam liuran ini orang tidak mendapatkan upah, hanya saja mereka diberi nasi dan lauk pauk (disebut golong). Pada saat musim panen tiba, petani yang akan memanen padinya menyuruh para tetangga untuk ikut memanen. Upah yang diberikan berupa 1/5 bagian padi yang diperoleh (disebut bawon). Sebelum padi ini dipanen, petani melakukan syukuran berupa slametan, demikian pula bila ada masyarakat yang baru membeli sepeda motor dan lain-lain, mereka juga akan melakukan hal yang sama. Masyarakat melakukannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah masuknya industri ke desa , orang-orang mulai mengurangi aktivitasnya di sawah. Apabila dahulu orang-orang menggunakan sistem liuran dalam menggarap sawahnya, sekarang diganti dengan menggunakan sistem upah/bayaran. Bagi masyarakat yang memiliki industri konveksi cukup besar dan masih memiliki sawah, biasanya sawahnya diberikan pada orang lain untuk diolah yang kemudian hasilnya  mengenal adanya pembatasan jam kerja, sedangkan dalam industri konveksi ini sudah mulai ada pengaturan jam kerja yang ketat dan telah mengenal harti libur dalam bekerja.

Masyarakat transisi tradisional digambarkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang bercorak komunal tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik ke masyarakat industri yang bercorak individual modern yang materialistik. Kebudayaan selalu mengalami perubahan dari watu ke waktu. Lambat atau cepatnya perubahan itu tergantung dari dinamika masyarakat itu sendiri. Kebudayaan selalu berubah menyesuaikan diri dengan munculnya gagasan baru pada masyarakat pendukung kebudayaan itu. Munculnya perubahan kebudayaan dapat terjadi akibat pengaruh faktor-faktor internal yang muncul dari dinamika yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat pendukung kebudayaan itu sendiri, atau akibat pengaruh yang berasal dari luar masyarakat (Sairin, 2002:7).

Berkat kemajuan teknologi informasi, masyarakat semakin lebih terbuka dengan dunia luar. Segala bentuk kehidupan dari luar dengan mudah dapat disaksikan dan diketahui oleh masyarakat. Arah perkembangan kehidupan yang  demikian itu dengan sendirinya juga turut mengubah sistem nilai budaya masyarakat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan di daerah penelitian adalah masuknya industri konveksi ke dalam masyarakat. Sebelum adanya industri, masyarakat di desa ini adalah masyarakat agraris. Setelah masuknya industri ini mengubah masyarakat menjadi masyarakat industrial. Dengan berubahnya struktur masyarakat yang semula agraris menjadi masyarakat industrial, merubah pula kebudayaan yang dihasilkan. Walaupun tidak semua semua masyarakat beralih ke sektoe industri, namun sedikit banyak kebudayaan yang dihasilkan sedikit banyak telah mengalami pergeseran. Di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak sekedar menyangkut budaya material saja, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol- simbolnya.


Masuknya industri ke desa ini mengakibatkan berubahnya pola perilaku masyarakat. Masyarakat cenderung berperilaku seperti masyarakat pada negara- negara maju khusus dalam hal konsumeritas. Tetapi dalam perkembangannya, pola perilaku masyarakat tidak 100% mengacu pada negara-negara maju atau modern. Pola perilaku masyarakat di daerah penelitian ini masih dibayangi oleh nilai-nilai dan tatanan kehidupan lama. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam kehidupannya, masyarakat di desa ini masih menjalankan ritual slametan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Hal ini disebabkan orang jawa mempunyai ritual untuk mempertahankan, melanjutkan atau memperbaiki tatanan kehidupan yaitu dengan mengadakan slametan. Tujuan slametan ini menurut Koentjaraningrat ( Mulder, 1985:28) adalah untuk mencapai keadaan slamet yaitu suatu keadaan dimana peristiwa-peristiwa akan bergerak mengikuti jalan yang telah ditetapkan dengan lancar dan tidak akan terjadi kemalangan-kemalangan kepada sembarang orang.



















PENUTUP


  1. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan yaitu sebagai berikut :

1.      Pada mulanya masyarakat Desa Srinahan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini disebabkan lokasi Desa Srinahan mulai memasuki daerah perbukitan sehingga mempunyai tanah pertanian yang subur. Seiring perkembangan jaman dengan meningkatnya kebutuhan hidup, bidang pertanian ini dirasa tidak mampu mencukupi seluru kebutuhan hidup masyarakat. Disamping itu, para pemuda tidak tertarik lagi bekerja dibidang pertanian sehingga masyarakat Desa Srinahan ini banyak yang melakukan diversifikasi dibidang pekerjaan dengan membuka usaha konveksi di rumah-rumah mereka.

2.      Masuknya industri konveksi ke Desa Srinahan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Sebelum adanya industri konveksi di Desa Srinahan, masyarakat sangat menjunjung tinggi hubungan kekerabatan dan juga kerukunan diantara sesama. Namun setelah masuknya industri konveksi ke desa ini, hubungan kekerabatan pada warga masyarakat mulai merenggangdemikian juga dengan tradisi tolong menolong yang biasa dilakukan diantara warga. Sekarang kegiatan tolong menolong ini dilakukan pada warga yang berada di satu komunitas yang sama. Kelompok sosial ini berubah dari Gemeinschaft menjadi Gesselschaft. Jadi sistem nilai budaya yang bergeser pada masyarakat Desa Srinahan ini adalah nilai budaya tentang tolong menolong yang merupakan nilai budaya mengenai hubungan manusia dengan sesama.
















DAFTAR PUSTAKA



  • Ananta, Aris. 1986. Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek dan Permasalahan Ekonomi Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan
  • Alfian. 1986. Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : UI Press
  • A.B. Mountjoy. 1997. Industrialisasi dan Negara-negara Dunia Ketiga. Jakarta: Bina Aksara
  • Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia