Senin, 28 Mei 2012



TUGAS KOMPETENSI 3 MATA KULIAH
    PENDIDIKAN EKONOMI DAN KEWIRAUSAHAAN
Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah
(Kompetensi 3)





Oleh

ERINE NURMAULIDYA
NPM: 1123031014









Dosen : Dr. R. Gunawan S, S.E, M.M
MK : Pendidikan Ekonomi dan kewirausahaan ; MPS 524
Megister Pendidikan IPS








FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPNG
2012


KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, hanya kepadanya kita memohon ampunan dan perlindungan dan tak lupa syukur atas segala nikmat yang di berikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kompetensi 3 Pendidikan Ekonomi dan kewirausahaan ; MPS 524 (Kompetensi 1).

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan kewirausahaan, Penelitian Program Pascasarjana ( S2 ) semester ke-2 angkatan 2011. Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan tentang ilmu Pendidikan Ekonomi bagi penulis juga pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga  bisa diperbaiki dikemudian hari.


 




Bandar Lampung, 29 Mei 2012
Erine Nurmaulidya






KOMPETENSI 3 PENDIDIKAN EKONOMI PASCASARJANA IPS FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
Tugas Kompetensi 3 yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dijelaskan sbb.
  1. Setiap mahasiswa membahas topik yang telah ditetapkan secara individu dalam bentuk karya ilmiah.
  2. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas Kompetensi 3 tersebut selama 1 minggu terhitung mulai tanggal 27 Mei 2012.
  3. Batas waktu pengumpulan tugas yaitu hari Sabtu, tanggal 2 Juni 2012 pukul 24.00.  Pengumpulan tugas yang melewati batas waktu tersebut dianggap tidak mengumpulkan.
  4. Tugas diserahkan/dikumpulkan dalam bentuk shoftcopy dan tidak perlu menyerahkan dalam bentuk hardcopy.
  5. Pengiriman tugas ditujukan ke alamat e-mail berikut ini;rgunawan_sudarmanto@yahoo.com atau dapat secara langsung menggunakan blog ini untuk menjamin kepastian terkirimnya tugas tersebut.  Pengiriman di luar alamat tersebut tidak akan terdeteksi sehingga dianggap tidak mengirimkan.
  6. Isi pembahasan atau banyaknya subtopik diserahkan kepada masing-masing mahasiswa.
Adapun topik yang harus dibahas yaitu “Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah”.












PENDAHULUAN


A.            Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Tilaar (2009:44), hal ini disebabkan kemampuan sumber daya manusia yang tidak dapat memanfaatkan kekayaan alamnya itu. Setiap tahun angka kemiskinan relatif bertambah dan penggangguran tidak berkurang, yang tentu saja memberikan implikasi lain bagi kehidupan sosial. Sangat ironis, jika ternyata komunitas penggangguran tidak sedikit berasal dari yang telah mengecap pendidikan formal tinggi. Selanjutnya, Friedman (2009) seperti dikutip oleh Tilaar menyebutkan bahwa negara kita menjadi negara pengekspor tenaga kerja yang kurang “kreatif” sehingga muncul berbagai permasalahan yang harus dihadapi mereka. Sementara hampir 45% tanaga kerja kita saat ini tidak lulus sekolah dasar. Akibatnya, produktivitas mereka juga rendah. Lebih lanjut, berakibat pada rendahnya daya saing negara Republik Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti Singapura, China, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Philipina.

Pada tataran psikologis semua orang mempunyai banyak sedikit potensi kewirausahaan, namun potensi ini tidak akan muncul optimal atau bahkan hilang sama sekali jika tidak dikembangkan iklim yang sesuai dengan perkembangan potensi itu. Pendidikan yang intelektualitas yang cenderung sangat bersifat formal dengan membiarkan kemampuan kreativitas dan inovasi peserta didik antara lain yang menyebabkan kondisi sosio-psikologis ini. Kata kuncinya adalah pendidikan kewirausahaan menjadi sebuah keniscayaan. Pendidikan kewirausahaan akan memberikan peluang tumbuh dan berkembangnya potensi kreativitas dan inovasi anak. Nilai-nilai kewirausahaan akan menjadi karakteristik peserta didik yang dapat digunakannya dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya. Pada akhirnya pribadi yang memiliki karakter kreatif, inovatif, bertangung jawab, disiplin dan kosisten akan mampu memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah sumber daya manusia Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan kewirausahaan sangat berorientasi pada sosio-psiklogis. Pendidikan kewirausahaan bukan semata-mata untuk kepentingan dunia bisnis, melainkan setiap lapangan pekerjaan yang memiliki semangat, pola pikir, dan karakter enterpreneur akan membuat perbedaan, perubahan, dan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka di luar bidang dunia bisnis. Jiwa enterpreneurship akan memiliki daya kreatif dan inovatif, mencari peluang dan berani mengambl risiko. Pendidikan enterpreneur akan memberikan karakter para peserta didik memiliki mental dan moral yang kuat, jiwa kemandirian, dan sikap ulet (tahan banting), pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, serta mampu mengahadapi persaingan global. Pendidikan kewirausahaan akan mereduksi mindset peserta didik tentang tujuan dan orientasi mengikuti pendidikan untuk menjadi pegawai negeri. Pendidikan kewirausahaan juga mempersiapakan peserta didik memiliki sikap kewirausahaan dan mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya untuk menghadapi masa depannya dengan segala problematikanya. Ini berarti pendidikan kewirausahaan bersamaan dengan substansi pendidikan lainnya akan mereduksi sejumlah persoalan sosiologis yang terkait dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Sebab itu, pengembangan pendidikan kewirausahaan ini harus memperhatikan suasana psikologis dan iklim sosial.

Dengan sikap kreatif, mandiri, ulet, dan didukung dengan karakter yang baik, maka para peserta didik akan mampu mengatasi problem dirinya sendiri. Bahkan bisa memberikan kontribusi dalam ikut memecahkan problem kehidupan yang dihadapai oleh masyarakat. Mengutip ahli sosiologi David McCelland, seperti dikutip oleh Ciputra, suatu negara bisa menjadi makmur bila memiliki sedikitnya dua persen enterpreneur dari jumlah penduduk tersebut. Dari data statistik, saat ini di Indonesia baru memiliki 0,18% enterpreneur atau sekitar 400,000 dari penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 220 juta jiwa (Ciputra. 2009).

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam karya ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana model pembelajaran kewirausahaan yang efektif?
2.      Bagaimana model pembelajaran kewirausahaan yang efisien?
3.      Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah?


C.    Tujuan Penulisan Karya Ilmiah

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui model pembelajaran kewirausahaan yang efektif.
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran kewirausahaan yang efisien.
3.      Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah?
























II.      TINJAUAN PUSTAKA



A.    Konsep Pembelajaran Kewirausahaan

Pembelajaran merupakan suatu proses kombinasi yang dilakukan oleh guru dan murid yang saling berinteraksi dan didukung dengan komponen pembelajaran yang lain sebagai pelengkap dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pada pembelajaran inilah terjadi proses interaksi antara sumber belajar, guru, murid, dan komponen pembelajaran yang lain yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Menurut Pupuh Faturrohman (200713) dalam Satmoko (2011), pembelajaran adalah mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat dan sumber serta evaluasi. Dengan demikian pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Hal ini merupakan respon dari bahan, materi pelajaran yang telah dipelajari dan dikembangkan oleh peserta didik melalui proses kegiatan pembelajaran antara guru dengan peserta didik dengan berbagai metode, alat dan sumber belajar yang pada akhirnya terlihat hasilnya melalui penilaian atau evaluasi.

Menurut Umar Hamalik  (2001: 54), pembelajaran adalah  “suatu sistem yang luas dan mengandung banyak aspek diantaranya; (a) profesi guru, (b) pertumbuhan siswa sebagai organisme yang sedang berkembang, (c) tujuan pendidikan dan pengajaran, (d) kurikulum sekolah, (e) perencanaan pengajaran, (f) bimbingan sekolah, dan (g) hubungan dengan masyarakat dan lembaga-lembaga.”

Menurut Trianto (2009: 17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yaitu usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkanpembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.Pembelajaran merupakan suatu proses kombinasi yang dilakukan oleh guru dan murid yang saling berinteraksi dan didukung dengan komponen pembelajaran yang lain sebagai pelengkap dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Kewirausahaan merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa tujuan pembelajaran kewirausahaan sebenarnya tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan pebisnis atau business entrepreneur, tetapi mencakup seluruh profesi yang didasari oleh jiwa wirausaha atau entrepreneur.

Menurut Eman Suherman (2008: 29) dalam Citra (2010), pembelajaran kewirausahaan diawali dengan persiapan serta pengadaan materi pembelajaran teori, praktik dan implementasi. Setelah persiapan dan pengadaan materi pembelajaran selesai, maka dilaksanakan proses pembelajaran kewirausahaan dengan tujuan utama mengisi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Selanjutnya, bersamaan dengan berjalannya proses pembelajaran disediakan juga wahana konsultasi terutama untuk hal-hal pragmatis guna melengkapi proses pembelajaran yang diarahkan untuk mengisi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik tadi. Disamping itu wahana konsultasi diharapkan juga dapat memperkuat “4H” peserta didik. H pertama Head atau kepala yang diartikan sebagai pemikiran, dan dalam pembelajaran diisi oleh pengetahuan tentang nilai nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan. H kedua, Heart atau hati yang diartikan sebagai perasaan, diisi oleh penanaman empatisme social-ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu. Selanjutnya H ketiga, Hand atau tangan yang diartikan sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik produksi agar mereka kelak dapat berproduksi atau menghasilkan produk baik berupa barang, jasa maupun ide. Dan H keempat, Health atau kesehatan yang diartikan sebagai kesehatan fisik, mental dan social. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah maupun risiko lainnya sebagi wirausaha. Pembelajaran untuk hal ini dapat diberikan melalui AMT (Achievement Motivation Training) atau Outbond Training.

Setiap kegiatan sudah pasti ada tujuan, termasuk kegiatan pembelajaran kewirausahaan. Dalam  KBBI (1991: 107), tujuan berarti arah atau maksud. Maksud diartikan sebagai sesuatu yang dikendaki. Hasil akhir yang ingin dicapai dari pembelajaran kewirausahaan ialah tertanam atau terbentuknya jiwa wirausaha pada diri seorang siswa sehingga menjadi wirausaha dengan kompotensinya.  

Menurut Suherman (2008: 22), tujuan utama pembelajaran kewirausahaan adalah membentuk jiwa wirausaha peserta didik, sehingga yang bersangkutan menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif. Pola pembelajaran kewirausahaan dimulai dari, teori, praktik dan implementasi. Teori diarahkan untuk memperolah pengetahuan tentang  kewirausahaan mengisi aspek kognitif agar siswa  memiliki paradigma wirausaha. Praktik dimaksudkan untuk melakukan kegiatan berdasarkan teori yang telah dipelajari agar siswa merasakan betul bahwa teori yang dipelajari bisa dipraktekan dan akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Hal ini berkaitan dengan nilai afektif siswa. Kemudian implementasi berarti pelaksanaan kegiatan yang sesungguhnya dalam memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui pembelajaran teori dan wawasan  yang didapat dalam pembelajaran praktik. Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran kewirausahaan merupakan upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi yang diwujudkan dalam bentuk sikap.


B. Konsep Pembelajaran yang Efektif dan Efisien

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan); mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.

Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telahditetapkan. Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuanyang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) dalam Hardiyani (2012) yang menjelaskan bahwa:
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.” Menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) dalam Hardiyani (2012) “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yangdiharapkan dari sejumlah input.”

Sedangkan arti kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna. Sedangkan definisi dari efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima.

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Menurut Mulyamah (1987: 3) dalam Danfar (2009) efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya. Sedangkan menurut Hasibuan (1984: 3-4) dalam Danfar (2009) yang mengutip pernyataan H. Emerson efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan dan tepat ataumampu menyelesaikan proses pembelajaran dengan tepat dan cermat, berdaya guna,serta bertepat guna.






III.    PEMBAHASAN


A.        Model Pembelajaran Kewirausahaan yang Efektif  

Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran yang efektif akan terjadi ketika pebelajar (siswa) terlibat dalam tugas-tugas autentik yang berhubungan dengan konteks-konteks yang bermakna. Kemudian ukuran terakhir dari pembelajaran berbasis masalah adalah pebelajar (siswa) mampu menggunakan pengetahuan untuk memfasilitasi cara berpikir akan kehidupan sesungguhnya.

Pembelajaran yang efektif memiliki prinsip khusus dalam pengelolaannya, prinsip tersebut meliputi: pertama, prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didiik untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang, baik mental maupun intelektualnya. Kedua, prinsip inspiratif, yaitu memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap peserta didik.

Ketiga, prinsip pembelajaran yang menyenangkan yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan mene­gangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (joyfull learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu mem­bangkitkan motivasi belajar peserta didik.

Keempat, prinsip menantang; proses pembelajaran yang menantang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan men­coba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang peserta didik untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning how to do).

Kelima, motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajar­kan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kewirausahaan adalah model pembelajaran yang berdasarkan pada masalah atau model  pembelajaran problem-based learning. Model tersebut menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran.








B.     Model Pembelajaran Kewirausahaan yang Efesien

Efisien adalah bagaimana menghasilkan sesuatu dengan proses yang lebih mudah, tepat dan cermat. Proses pembelajaran akan jauh lebih baik jika memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Pembelajaran yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.

Proses pembelajaran kewirausahaan dapat lebih efisien saat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran yang berdasarkan pada masalah atau model  pembelajaran problem-based learning. Karena suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan, kemudian mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus, sehingga peserta didik menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut dan siswa dapat berpikir kritis dan terampil memecahkan masalah yang dihadapi.


C.    Model Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan yang Efektif dan Efesien

Pelajaran Kewirausahaan merupakan pelajaran vokasional, yaitu pelajaran untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja bagi siswanya. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan dampak dalam mendorong siswa untuk berjiwa wirausaha. Pola pembelajaran kewirausahaan minimal mengandung empat unsur (Eman Suherman, 2008: 29) dalam Citra (2010) ditambah satu unsur (Farzier and Niehm, 2008) dalam Citra (2010), sebagai berikut. Pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan. Perasaan, yang diisi oleh penanaman empatisme sosial-ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu, dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik produksi dan manajemen. Kesehatan fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah maupun risiko lainnya sebagi wirausaha. Pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi mentor yang kemudian akan dijadikan role model bagi peserta didik.

Pembelajaran kewirausahaan perlu memperhatikan karakteristik atau ciri-ciri seperti berikut.
Learning by doing artinya bahwa prinsip pembelajaran kewirausahaan adalah belajar sambil bekerja, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar praktik. Sejauh mungkin apa yang dipelajari di sekolah sama dengan yang akan dilakukan di dunia kerja, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan praktik yang dipelajari tidak berbeda dengan yang akan dilakukan secara riil di masyarakat. Pengalaman praktik operasional yang dipelajari porsinya lebih besar dari pada pengetahuan kognitif yang bersifat konseptual.



















  1. INTEGRASI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PADA SETIAP JENJANG PENDIDIKAN

A.    Framework Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan di Setiap Satuan Pendidikan
Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan di dalam setiap satuan pendidikan di dasarkan pada framework yang disajikan berikut:


Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah terakomodasi dalam kurikulum sebelum
ditetapkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Sebagai contoh dalam Kurikulum 1984 maupun Kurikulum 1994, namun masih terbatas dalam kelompok Ilmu-Ilmu sosial terutama dalam Mata pelajaran Ekonomi, dan hasilnya belum maksimal karena masih pada tataran konsep. Sedangkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, peserta didik diharapkan untuk memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kajian kewirausahaan sebenarnya termasuk kajian yang aplikatif dan perlu praktik lapangan, namun hal ini hasilnya belum maksimal karena SKL belum mengukur aspek keterampilan.

Hasil pencermatan SKL, SI (SK dan KD), setiap satuan pendidikan pada umumnya belum secara eksplisit terinternalisasi nilai-nilai kewirausahaan, kecuali pada satuan pendidikan di jenjang SMA dan SMK. Di satuan pendidikan jenjang SMA ada satu Standar Kompetensi yang terkait dengan kewirausahaan dan koperasi. Sedangkan di SMK, pendidikan kewirausahaan menjadi satu mata pelajaran tersendiri. Dalam implementasi pembelajaran sudah ada upaya untuk menumbuhan nilai-nilai kewirausahaan, namun belum terpogram secara komprehensif. Sebagai suatu contoh, dengan penggunaan metode diskusi kelompok di dalam pembelajaran akan mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan kerja sama. Adanya kegiatan sekolah yang melibatkan peserta didik dalam pengelolaan koperasi sekolah, kantin dan bisnis senter diharapkan mampu menumbuhkan jiwa dan perilaku wirausaha.


C.    Pemetaan Nilai-nilai Kewirausahaan dan Indikator Keberhasilan di Setiap
Satuan Pendidikan
Dilihat dari teori perkembangan peserta didik terlihat adanya perbedaan karakteristik peserta didik di setiap jenjang satuan pendidikan. Dengan demikian tentunya nilai-nilai kewirausahaan dan kompetensi kewirausahaan yang seharusnya dicapai di setiap satuan pendidikan juga berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan pemetaan mengenai ruang lingkup nilai-nilai kewirausahaan dan kompetensi kewirausahaan di setiap satuan pendidikan. Berikut ini adalah rancangan tentang ruang lingkup nilai-nilai kewirausahaan  dan kompetensi kewirausahaan dari setiap satuan pendidikan mulai dari PAUD/TK, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan pendidikan Nonformal.

1.        PAUD
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Konsep PAUD dalam kajian pendidikan kewirausahaan ini tidak mencakup pembinaan anak sejak lahir, namun dibatasi pada pendidikan anak di jenjang pendidikan Play Group/TK. Menurut Piaget, anak usia dini masuk dalam tahapan pra-operasional (usia 2-7 Tahun). Anak yang termasuk dalam tahapan pra-operasional, menurut Piaget memiliki ciri-ciri:
1.      Anak belajar sesuatu objek dengan menggunakan gambar dan bahasa/kata-kata
2.      Pemikirannya masih bersifat egosentris
3.      Kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
4.      Memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini.
5.      Menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
6.      Kemampuan mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri.
7.      Kemampuan penalaran intuitif bukan logis.




Tabel 1: Indikator Ketercapaian Nilai-nilai Kewirausahaan Jenjang
PAUD/TK
NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Mandiri
Mampu mengerjakan tugas sendiri Mengambil dan menaruh benda (misal: peralatan sekolah) pada tempatnya
Menciptakan suasana kelas yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja mandiri
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik
Kreatif
Membuat suatu karya tulis/seni dari bahan tersedia di kelas
Mengajukan pertanyaan setiap melihat sesuatu yang aneh
Menciptakan situasi belajar yang bisamenumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif
Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi
Menciptakan situasi sekolah yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif
Berani mengambil resiko
Menyukai pekerjaan yang menantang,
Berani dan mampu mengambil risiko kerja
Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan anak menyukai pada pekerjaan yang menantang
Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan anak berani mengambil resiko kerja
Menciptakan situasi sekolah yang mampu menumbuhkan keberanian anak untuk mengmbil resiko
Berorientasi pada tindakan
Melakukan sesuatu yang diketahui
Mengambil inisiatif untuk bertindak
Menciptakan situasi belajar yang bisa mendorong anak untuk melakukan sesuatu sesuai yang diperoleh dalam pembelajaran
Menciptakan situasi sekolah yang mampu mendorong anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipahami
Kepemimpinan
Menujukkan perilaku yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik,
Mudah bergaul,
Mampu bekerjasama dengan teman
Menegur teman yang dianggap keliru
Menciptakan situasi belajar yang bisa mendorong anak memiliki karakter seorang pemimpin
Menciptakan situasi sekolah yang mampu mendorong anak untuk bertindak seperti seorang pemimpin
NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Kerja Keras
Menanyakan
kepada
teman/guru jika
melihat sesuatu
yang tidak tahu
Menanyakan pada
teman/guru jika
mendengar
sesuatu yang tidak
diketahui
Menggunakan
sebagian besar
waktu di kelas
untuk belajar
Menciptakan situasi
belajar yang bisa
mendorong anak
untuk bekerja keras
Menciptakan
situasi sekolah
yang mampu
mendorong anak
untuk bekerja
keras























2.     SD/MI/SDLB/Paket A
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan lanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawiyah, atau bentuk lain yan sederajat. Menurut Piaget, anak SD atau bentuk lain yang sederajat masuk dalam tahapan operasional konkrit (7 – 11 Tahun). Anak yang termasuk dalam tahapan pra–operasional konkrit, menurut Piaget memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Kemampuan mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Kemampuan memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilan, maupun ukuran.
Mulai mempertimbangkan bebe-rapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
Mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah.
Mulai memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan tampilan dari benda-benda tersebut.
Penghilangan sifat egosentrisme

Untuk merancang nilai-nilai kewirausahaan yang bisa diintegrasikan di tingkat satuan pendidikan dasar, disamping disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak juga disesuaikan dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan dasar.
a.      Fungsi Pendidikan Dasar
1)      menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur;
2)      menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air
3)      memberikan dasar-dasar kemampuan intelektual dalam bentuk kemampuan dan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung;
4)      memberikan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi
5)      melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni;
6)      menumbuhkan minat pada olahraga, kesehatan, dan kebugaran jasmani;
7)      mengembangkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat.
b.      Tujuan Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
1)       beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur,
2)      berilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif,
3)      sehat, mandiri, dan percaya diri,
4)      toleran, peka sosial, demokratis dan bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan, fungsi dan ciri-ciri perkembangan peserta didik pada pendidikan dasar, dapat disusun rancangan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat diintegrasikan dan indikator keberhasilan kewirausahaan pada pendidikan dasar.




Tabel 2: Indikator Ketercapaian Nilai-nilai Kewirausahaan Jenjang
SD/MI/SDLB/Paket A
NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Mandiri
Mampu melakukan
tugas tanpa bantuan
orang lain
Mampu mencari
sumber belajar sendiri
Menciptakan
suasana kelas yang
memberi
kesempatan pada
peserta didik untuk
bekerja mandiri
Menciptakan
situasi sekolah
yang membangun
kemandirian
peserta didik
Kreatif
Membuat suatu karya
tulis/seni dari bahan
tersedia
Membuat berbagai
kalimat baru dengan
kata-kata sendiri
Mengusulkan suatu
kegiatan baru di kelas
Menciptakan
situasi belajar yang
bisa menumbuhkan
daya pikir dan
bertindak kreatif
Pemberian tugas
yang menantang
munculnya karya-
karya baru baik
yang autentik
maupun modifikasi
Menciptakan
situasi yang
menumbuhkan
daya berpikir dan
bertindak kreatif
Berani mengambil
resiko
Berani menerima
akibat dari
perbuatannya sendiri
Menyukai tantangan
Memberikan tugas
yang menantang
kepada peserta
didik
Memberikan
peluang agar
peserta didik
mengembangkan
potensi bisnis
Berorientasi pada
tindakan
Senang berbuat
Mempraktikkan
gagasannya
Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
menerapkan
gagasannya
Memberikan
layanan prima
untuk
mengembangkan
gagasannya
Kepemimpinan
Mampu
mengkoordinir
teman-teman dalam
kelompok
Mampu menerima
kritik dari teman
Mampu menerima
saran dari teman
Membangun
suasana diskusi
kelas
Membentuk ketua
kelas secara
bergiliran
Menciptakan
suasana sekolah
yang demokratis
Kerja keras
Mencari informasi
dari sumber di luar
buku pelajaran
Menggunakan
sebagian besar waktu
di kelas maupun di
luar kelas untuk
belajar
Menciptakan
situasi kelas agar
peserta didik
mencari sumber
informasi
Memberikan tugas
kepada peserta
didik untuk
mengeksplorasi
sumber-sumber
bacanaan
Memfasilitasi
warga sekolah
untuk melakukan
kegiatan belajar
Menyediakan
sarana dan
prasarana yang
menunjang peserta
didik mencari
sumber bacaan






























3.      SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Sekolah menengah pertama adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI. Menurut Piaget, anak SMP masuk dalam tahapan operasional formal (11 – dewasa). Anak yang termasuk dalam tahapan operasional formal, menurut piaget memiliki ciri-ciri:
Kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai.
Tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Penalaran moral, dan perkembangan sosial.
Untuk merancang nilai-nilai kewirausahaan yang bisa diintegrasikan di tingkat satuan pendidikan SMP atau bentuk lain yang sederajat, di samping disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak juga disesuaikan dengan fungsi dan tujuan dari pendidikannya.

a.      Fungsi
1)   mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur yang telah dikenalinya;
2)   mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air yang telah dikenalinya;
3)   mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi;
4)   melatih dan mengembangkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni;
5)   mengembangkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi, dan mengembangkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah dan/atau untuk hidup mandiri di masyarakat.


b.      Tujuan
Pendidikan menengah pertama bertujuan membangun landasan bagi perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang :
1)      beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
2)      berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
3)      sehat, mandiri, dan percaya diri; dan      
4)      toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan, fungsi dan ciri-ciri perkembangan peserta didik SMP atau bentuk lain yang sederajat, dapat disusun rancangan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat diintegrasikan dan indikator keberhasilan pendidikan kewirausahaan pada pendidikan peserta didik secara individu, kelas, dan sekolah.

Tabel 3: Indikator Ketercapaian Nilai-nilai Kewirausahaan Jenjang
SMP/MTs/SMPLB/Pakat B


NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Berani mengambil
resiko
Menyukai tugas yang menantang Berani menerima
akibat dari perbuatannya
sendiri                  
Memberikan tugas yang
Menantang kepada peserta
didik
Memberikan peluang agar
peserta didik mengembangkan
potensi bisnis
Berorientasi pada
tindakan
Mewujudkan gagasan dengan
Tindakan Senang berbuat
sesuatu
Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
menerapkan gagasannya
Memberikan layanan prima untuk mengembangkan gagasannya
Kepemimpinan
Terbuka terhadap saran dan kritik
Bersikap sebagai pemimpin dalam
Kelompok Membagi tugas dalam kelompok Menjadi role model
Menciptakan situasi bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat
kepemimpinan
Menciptakan suasana sekolah yang demokratis
Kerja keras




Mengerjakan tugas pada waktu yang
telah ditentukan Tidak putus asa
dalam menghadapi kesulitan belajar Selalu fokus pada pekerjaan atau
pelajaran
Menciptakan situasi agar peserta didik mencari sumber informasi
Memfasilitasi warga sekolah untuk melakukan kegiatan belajar
KONSEP
Memahami konsep-konsep
Dasar kewirausahaan
Menciptakan suasana belajar
yang kondusif agar memudahkan siswa memahami konsep KWU
Memfasilitasi warga sekolah
agar siswa menerapkan konsep yang
dipahami
SKILL/
KETERAMPILAN
Mampu mengidentifikasi
peluang usaha Mampu mengalisis
secara sederhana peluang berserta
resikonya Mampu merumuskan dan
merancang usaha bisnis (sederhana) Mampu berlatih membuka usaha
baru secara berkelompok
Menciptakan suasana kelas
Yang memberikanmkegiatan-kegiatan yang mengarah ada pencapaian keterampilan tertentu
Membudayakan sekolah untuk
Melakukan kegiatan kewirausahaan











NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH

Mandiri
Tidak bergantung
pada orang lain
Mampu mencari
sumber belajar
sendiri
Mampu
mengerjakan tugas
sendiri
Menciptakan
suasana kelas
yang memberi
kesempatan pada
peserta didik
untuk bekerja
mandiri
Menciptakan
situasi sekolah
yang membangun
kemandirian
peserta didik

Kreatif
Mengajukan
pendapat yang
berkaitan dengan
tugas
Mengemukakan
gagasan baru
Mendiskripsikan
konsep dengan
kata-kata sendiri
Menciptakan
situasi belajar
yang bisa
menumbuhkan
daya pikir dan
bertindak kreatif
Pemberian tugas
yang menantang
munculnya
karya-karya baru
baik yang
autentik maupun
modifikasi
Menciptakan
situasi yang
menumbuhkan
daya berpikir dan
bertindak kreatif
















4.      SMA /MA/SMALB/Paket C
Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pedidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah menengah atas adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP atau MTs. Menurut Piaget, anak SMA/MA/SMALB masuk dalam tahapan operasional formal (11– dewasa). Anak yang termasuk dalam tahapan pra – operasional konkrit, menurut piaget memiliki ciri-ciri:
a.       Kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
b.      Memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai.
c.       Tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
d.      Penalaran moral, dan perkembangan sosial.
Merancang nilai-nilai kewirausahaan yang bisa diintegrasikan ditingkat satuan pendidikan SMA atau bentuk lain yang sederajat, disamping disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik juga diseduaikan dengan fungsi dan tujuan dari Pendidikannya.
a.      Fungsi
1)      Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur;
2)      Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air;
3)      Mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi;
4)      Meningkatkan kepekaan dan kemampuan megapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni;
5)      Menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi;
6)      Meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup mandiri di masyarakat

b.      Tujuan
Pendidikan menengah atas bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang:

1)      Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
2)      Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
3)      Sehat, mandiri, dan percaya diri, dan
4)      Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab

Berdasarkan tujuan, fungsi dan ciri-ciri perkembangan peserta didik SMA atau bentuk lain yang sederajat, dapat disusun rancangan nilai-nilai kewirausahaan yang bisa diintegrasikan dan kompetensi kewirausahaan pada pendidikannya.


Tabel 4: Indikator Ketercapaian Nilai-nilai Kewirausahaan Jenjang
SMA/MA/SMALB/Paket C
NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Mandiri
Melakukan sendiri
tugas kelas yang
menjadi
kewajibannya
Tidak bergantung
pada orang lain
Menciptakan
suasana kelas yang
memberi
kesempatan pada
peserta didik untuk
bekerja mandiri
Menciptakan
situasi sekolah
yang membangun
kemandirian
peserta didik
Kreatif
Mengajukan
pendapat yang
berkaitan dengan
tugas pokoknya
Mengemukakan
gagasan baru
Mendiskripsikan
konsep dengan kata-
kata sendiri
Menciptakan
situasi belajar yang
bisa menumbuhkan
daya pikir dan
bertindak kreatif
Pemberian tugas
yang menantang
munculnya karya-
karya baru baik
yang autentik
maupun modifikasi
Menciptakan
situasi yang
menumbuhkan
daya berpikir dan
bertindak kreatif
Berani mengambil
resiko
Menyukai tugas
yang menantang
Berani menerima
akibat dari
perbuatannya
sendiri
Memberikan tugas
yang menantang
kepada peserta
didik
Memberikan
peluang agar
peserta didik
mengembangkan
potensi bisnis































NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Berorientasi pada
tindakan
Mewujudkan
gagasan dengan
tindakan
Senang berbuat
sesuatu
Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
menerapkan
gagasannya
Memberikan
layanan prima
untuk
mengembangkan
gagasannya
Kepemimpinan
Terbuka terhadap
saran dan kritik
Bersikap sebagai
pemimpin dalam
kelompok
Membagi tugas
dalam kelompok
Menjadi role model
Menciptakan
situasi bagi peserta
didik untuk
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
Menciptakan
suasana sekolah
yang demokratis
Kerja keras
Mengerjakan tugas
pada waktu yang
telah ditentukan
Tidak putus asa
dalam menghadapi
kesulitan belajar
Selalu fokus pada
pekerjaan atau
pelajaran
Menciptakan
situasi agar peserta
didik mencari
sumber informasi
Memfasilitasi
warga sekolah
untuk melakukan
kegiatan belajar
yang maksimal
KONSEP
Memahami konsep-
konsep dasar
kewirausahaan
Menciptakan
suasana belajar
yang kondusif agar
memudahkan siswa
memahami konsep
kewirausahaan
Memfasilitasi
warga sekolah agar
siswa menerapkan
konsep yang
dipahami
SKILL/
KETERAMPILAN
Mampu
mengidentifikasi
peluang usaha
Mampu mengalisis
secara sederhana
peluang berserta
resikonya
Mampu
merumuskan dan
merancang usaha
bisnis
Mampu berlatih
membuka usaha
baru secara
berkelompok atau
individu dengan
berorientasi pada
profit
Menciptakan
suasana kelas yang
memberikan
kegiatan-kegiatan
yang mengarah ada
pencapaian
keterampilan
tertentu
Membudayakan
sekolah untuk
melakukan
kegiatan
kewirausahaan

















5.      SMK/MAK/Paket C
Sekolah menengah kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Menurut Piaget, anak SMK/MAK masuk dalam tahapan operasional formal (11 – dewasa). Anak yang termasuk dalam tahapan pra–operasional konkrit, menurut Piaget memiliki ciri-ciri:
Kemampuan berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai.
Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Penalaran moral, dan perkembangan sosial.
Merancang nilai-nilai kewirausahaan yang bisa diintegrasikan di tingkat satuan pendidikan menengah kejuruan disamping disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik juga disesuaikan dengan fungsi dan tujuan dari
Pendidikan di SMK atau bentuk lain yang sederajat.

a.      Fungsi
1)      meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan keribadian luhur;
2)      meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air;
3)      membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
4)       meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan dan harmoni;
5)      menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi; dan meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.



b.   Tujuan
Tujuan pendidikan Menengah kejuruan adalah untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang :
1)      Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
2)      Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
3)      Sehat, mandiri, dan percaya diri, dan
4)      Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab

Berdasarkan tujuan, fungsi dan ciri-ciri perkembangan peserta didik SMK atau bentuk lain yang sederajat, dapat disusun rancangan nilai-nilai kewirausahaan yang bias diintegrasikan dan kompetensi kewirausahaan pada pendidikannya.

Tabel 5: Indikator Ketercapaian Nilai-nilai Kewirausahaan Jenjang
SMK/MAK/Paket C
NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Mandiri
Melakukan sendiri
tugas kelas yang
menjadi
kewajibannya
Tidak bergantung
pada orang lain
Menciptakan
suasana kelas
yang memberi
kesempatan pada
peserta didik
untuk bekerja
mandiri
Menciptakan
situasi sekolah
yang membangun
kemandirian
peserta didik
Kreatif
Mengajukan
pendapat yang
berkaitan dengan
tugas pokoknya
Mengemukakan
gagasan baru
Mendiskripsikan
konsep dengan kata-
kata sendiri
Menciptakan
situasi belajar
yang bisa
menumbuhkan
daya pikir dan
bertindak kreatif
Pemberian tugas
yang menantang
munculnya karya-
karya baru baik
yang autentik
maupun
modifikasi
Menciptakan
situasi yang
menumbuhkan
daya berpikir dan
bertindak kreatif
Berani mengambil
resiko
Menyukai tugas yang
menantang
Berani menerima
akibat dari
perbuatannya sendiri
Memberikan
tugas yang
menantang
kepada peserta
didik
Memberikan
peluang agar
peserta didik
mengembangkan
potensi bisnis









































NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN

NILAI-NILAI
KEWIRAUSAHAAN
INDIKATOR KETERCAPAIAN
INDIVIDU
KELAS
SEKOLAH
Berorientasi pada
tindakan
Mewujudkan
gagasan dengan
tindakan
Senang berbuat
sesuatu
Memberikan
kesempatan
kepada peserta
didik untuk
menerapkan
gagasannya
Memberikan
layanan prima
untuk
mengembangkan
gagasannya
Kepemimpinan
Terbuka terhadap
saran dan kritik
Bersikap sebagai
pemimpin dalam
kelompok
Membagi tugas
dalam kelompok
Menjadi role model
Menciptakan
situasi bagi
peserta didik
untuk
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
Menciptakan
suasana sekolah
yang demokratis
Kerja keras
Mengerjakan tugas
pada waktu yang
telah ditentukan
Tidak putus asa
dalam menghadapi
kesulitan belajar
Selalu fokus pada
pekerjaan atau
pelajaran
Menciptakan
situasi agar
peserta didik
mencari sumber
informasi
Memfasilitasi
warga sekolah
untuk melakukan
kegiatan belajar
KONSEP
Memahami konsep-
konsep dasar
kewirausahaan
Menciptakan
suasana belajar
yang kondusif
agar
memudahkan
siswa memahami
konsep
kewirausahaan
Memfasilitasi
warga sekolah agar
siswa menerapkan
konsep yang
dipahami
SKILL/
KETERAMPILAN
Mampu
mengidentifikasi
peluang usaha
Mampu mengalisis
secara sederhana
peluang berserta
resikonya
Mampu merumuskan
dan merancang
usaha bisnis
Mampu berlatih
membuka usaha baru
secara individu
dengan berorientasi
pada profit
Menciptakan
suasana kelas
yang memberikan
kegiatan-kegiatan
yang mengarah
ada pencapaian
keterampilan
tertentu
Membudayakan
sekolah untuk
melakukan
kegiatan
kewirausahaan









D.    Prinsip Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan:
a.       Proses pengembangan nilai-nilai kewirausahaan merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
b.      Materi nilai-nilai kewirausahaan bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, dan sebagainya. Nilai kewirausahaan diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian ke dalam mata pelajaran bisa melalui materi, metode, maupun penilaian.
c.       Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan. Demikian juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai.
d.      Digunakan metode pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa menyenangkan.
E.     Cara Mengintegrasikan Pendidikan Kewirausahaan tiap Satuan pendidikan
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepas sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.


1.      Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 nilai pokok yaitu : mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan secara terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Edangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a.       Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b.      Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD kedalam silabus.
c.       Mengembangkan  langkah  pembelajaran  peserta  didik  aktif  yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d.      Memasukkan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP
Contoh silabus yang terintegrasi nilai-nilai kewirausaan dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat pada lampiran 2.

2.      Pendidikan Kewirausahaan Yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengerpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri atau kelompok.
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang bisa diberi muatan pendidikan
kewirausahaan antara lain :
a.       Olah raga,
b.      Seni Budaya,
c.       Kepramukaan,
d.      Pameran,
e.       Dsb
3.      Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kulikuler. Di samping itu, untuk satuan
pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling
ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan
khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai
dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
Dalam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut:

a.       Kegiatan rutin Sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: upacara setiap hari senin, upacara pada hari besar kenegaraan. Pada pelaksanaan kegiatan ini dapat diintegrasikan nilai kewirausahaan (kepemimpinan), dengan cara secara memberi tugas pada setiap kelas secara bergantian untuk menjadi panitian pelaksana. Dengan cara ini peserta didik dapat belajar mengkoordinir temantemanya untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia. Beribadah bersama/sembahyang bersama setiap dluhur (bagi yang beragama Islam). Dengan kegiatan ini dapat juga diintegrasikan nilai kewirausahaan kepemimpinan dengan cara melibatkan anak menjadi imam dan memberi kultum 5-7 menit secar bergantian dengan disusun jadwal.

b.      Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Sebaliknya anak yang berperilaku baik diberi pujian.
Misalnya: Guru melihat anak mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji, maka anak tersebut diberi pujian (nilai kepemimpinan)

c.       Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. Misalnya datang di kantor tepat pada waktunya, bekerja keras, jujur.

d.      Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan kewirausahaan maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai kewirausahaan bangsa yang diinginkan. Misalnya sekolah memiliki business center, hasil kreativitas peserta didik di pajang, setiap seminggu sekali atau sebulan sekali ada kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).

4.      Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Dari konsep/Teori Ke Pembelajaran Praktik Berwirausaha
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatankegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di lingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
a.       Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun  RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

F.     Penilaian Pendidikan Kewirausahaan
Penilaian adalah sebuah proses yang berkelanjutan untuk mendeteksi kekuatan dan kelamahan peserta didik dalam aspek karakter, skill, dan pengetahuan. Setiap tahapan proses belajar dapat terjadi proses penilaian. Misalnya, tahapan eksplorasi peserta didik dinilai tentang kemampuan merancang alat pencatan data, kemampuan melihat peluang, mengambil kesimpulan, dan pada saat action dapat dilihat tentang kerjasamanya, ketepatan waktu, keterampilan mengelola bahan. Pada tahapan komunikasi dinilai kemampuan menjelaskan tentang materi pelajaran, kemampuan persuasifnya, dan sikap menghargai lawan bicaranya. Rancangan penilaian kemampuan peserta didik dalam  endidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
Di tingkat PAUD/TK dan SD/MI/SDLB/Paket A diintegrasikan dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Di tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB bisa diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran atau terwujud dalam kegiatan life skills, maupun dalam muatan lokal/ekstrakurikuler. Sedangkan di tingkat SMK/Paket C, ada beberapa model pendidikan kewirusahaan, maka penilaiannya dapat terintegrasi pada semua mata pelajaran, terwujud dalam kegiatan life skills, muatan lokal/ekstrakurikuler, serta melekat pada mata pelajaran. Penilaian pendidikan kewirausahaan didasarkan pada rubrik-rubrik yang mencakup aspek pemahaman (kognitif), aspek afektif dan keterampilan mengorganisir.



IV.    KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efisien, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pembelajaran kewirausahaan merupakan upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi yang diwujudkan dalam bentuk sikap. Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan dan tepat atau mampu menyelesaikan proses pembelajaran dengan tepat dan cermat, berdaya guna, serta bertepat guna. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Sehingga proses pembelajaran kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran problem-based learning akan lebih efektif dan efisien. Pendidikan kewirausahan di setiap satuan pendidikan mulai dari PAUD/TK, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMK/SMALB, dan PNF, perlu segera dilaksanakan mengingat pembelajaran yang selama ini dilakukan belum mampu membentu karakter dan perilaku wirausaha. Suatu bangsa akan maju apabila jumlah karakter dan perilaku  wirausaha, karena dengan memiliki karakter dan perilaku sebagi seorang yang mandiri, kreatif, berorientasi pada tindakan.Disamping itu, pelaksanan pendidikan kewirausahaan mulai dari PAUD, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMK/SMALB, dan PNF, merupakan suatu hal yang tidak bertentangan dengan:
1.    Butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen RPJMN 2010 - 2014, yang telah menetapkan sebanyak 6 substansi inti program aksi bidang pendidikan sebagaimana yang disajikan dalam cuplikan dokumen Ilustrasi 1: Substansi Inti Program Aksi Bidang Pendidikan RPJMN Tahun 2010 – 2014, Prioritas 2: Bidang Pendidikan menyatakan bahwa peningkatan Akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Dengan demikian pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan, 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja. Untuk itu, substansi inti program aksi bidang kependidikan yang terkait dengan pendidikan kewirausahaan adalah penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab keutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan memasukan pendidikan kewirausahaan (diantaranya dengan mengembangkan model (link and match).

2.    Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan  kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

















DAFTAR PUSTAKA


Kementrian Pendidikan Nasional Bandan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan kewirausahaan. Jakarta.