Rabu, 26 Oktober 2011

Sosiologi Industri Makalah


DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERGESERAN NILAI KERUKUNAN DALAM
MASYARAKAT DESA




OLEH

ERINE NURMAULIDYA


















FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SOSIOLOGI
2010

BAB I
PENDAHULUAN




A.    Latar Belakang

Indonesia terutama Pulau jawa, Sumatera, terutama Lampung telah mengalami perubahaan sebagai daerah agraris. Tetapi saat ini stereotipe tersebut telah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat diantaranya dengan menurunnya hasil di bidang pertanian. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: semakin menyempitnya lahan pertanian yang disebabkan oleh adanya pengalihan pemberdayaan lahan pada bidang non pertanian yaitu pembangunan gedung-gedung bertingkat maupun untuk usaha lain seperti industri, baik industri berskala kecil sampai industri dengan skala besar. Pengaruh yang lain seperti berkurangnya minat para pemuda khususnya sebagai generasi penerus di bidang pertanian. Pada umumnya golongan muda di pedesaan sudah tidak begitu tertarik untuk bekerja di sektor pertanian. Para pemuda di pedesaan umumnya mempunyai berbagai alasan tersendiri seperti: bidang pekerjaannya relatif berat, efektifitas kerja tergantung musim, penghasilan tidak menentu, pendapatan relatif rendah dan kurang pasti (Fatimah, 2005:2). Sehingga dalam pikiran para pemuda muncul anggapan bahwa kalau tetap di bidang pertanian, maka akan selalu ketinggalan zaman, karena pekerjaan di bidang pertaniaan diidentikkan dengan masyarakat tradisional yang berpikiran belum maju.

Dari beberapa pengaruh tersebut maka muncul pemikiran/ide untuk menciptakan usaha-usaha yang bergerak di bidang non pertanian seperti industri-industri kecil/home industri sampai dengan penciptaan industri- industri berskala yang besar. Negara Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain sehingga dapat hidup sederajat dengan
negara-negara maju yang lain. Era industri dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Namun tetap ada kesadaran bahwa jalan menuju era itu tidaklah mulus. Sejumlah pakar telah menunjukkan bahwa terdapat pelbagai hal yang patut diperhatikan dalam menyiapkan diri dalam menyambut era industri itu, baik menyangkut kualitas penduduk, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam upaya mencapai keberhasilan bangsa dalam melangkahkan kaki menuju era tersebut. Pengembangan industri yang di topang dengan penerapan teknologi maju, bukan hanya menghasilkan barang-barang kebutuhan hidup secara massal dan beranekaragam, melainkan juga telah merangsang perkembangan masyarakat agraris ke arah masyarakat industri. Sebagian anggota masyarakat mulai mengambil alih nilai-nilai budaya yang terkait dengan teknologi maju yang mereka gunakan. Sementara itu sebagian besar anggota masyarakat Indonesia masih
berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial agraris yang lebih mengutamakan keselarasan hidup.

Perubahan suatu lingkungan dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan dan perubahan kebudayaan dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru/invention, difusi dan akulturasi.  Sekarang perubahan-perubahan memang sedang terjadi dalam skala dan kecepatan yang lebih, sementara antara perubahan struktural dan perubahan kultural tidak sejalan, sehingga terjadi anomie(kegalauan) pada
perangkat nilai. Anomie terjadi karena kesenjangan antara industrialisasi, teknologisasi dan urbanisasi di satu pihak dan konservatisme budaya tradisional di lain pihak. Industrialisasi telah melahirkan budaya massa yang mengarah kesemangat kolektif dalam tata nilai, teknologisasi telah menuntut penerapan metode teknik dalam segala bidang, dan urbanisasi telah menyebabkan runtuhnya nilai-nilai komunal sebuah masyarakat tradisional.  Masyarakat transisi tradisional di gambarkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang bercorak komunal- tradisional ke masyarakat industri yang bercorak individual-modern. Perubahan yang ada berupa struktur hubungan masyarakat yang belum tuntas ke corak yang lebih rasional dan komersial sebagai akibat dari proses pembangunan yang dilakukan (Maryadi, 2000:53).
Salah satu masyarakat yang sedang mengalami masa transisi adalah masyarakat Desa Srinahan Kec. Kesesi Kab. Pekalongan. Masyarakat desa  ini pada mulanya adalah masyarakat agraris yang bersifat tradisional. Hal ini ditandai dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dengan menggarap sawah yang ada di sekitar desa. Masyarakat pada masa itu sangat menjunjung tinggi prinsip gotong royong. Hal ini bisa dilihat selama proses penanaman padi, mereka dibantu oleh para tetangga. Masyarakat pada waktu itu menggunakan sistem “liuran” (saling membantu dalam menggarap sawah orang lain).

Seiring perkembangan jaman dewasa ini dan masuknya industrialisasi ke negara Indonesia, Kehidupan masyarakat menjadi berubah dari agraris ke masyarakat industri. Demikian halnya pada masyarakat Desa Srinahan. Kehidupan masyarakatnya berubah dari agraris menjadi masyarakat industri. Industri yang berkembang di desa ini adalah in konveksi. Banyak masyarakat yang membuka konveksi ini di rumah-rumah mereka. Industri konveksi ini didirikan sejak tahun 1996. Industri konveksi di daerah ini mengolah bahan kain menjadi celana. Kemudian hasil industri ini biasanya di pasarkan ke kota-kota besar seperti halnya Jakarta. Masuknya industri ke desa ini mengakibatkan berubahnya pola perilaku masyarakat. Masyarakat cenderung berperilaku seperti masyarakat pada negara-negara maju khususnya dalam hal konsumeritas. Setelah masuknya industri konveksi ke desa ini, orang-orang mulai mengurangi aktivitasnya di sawah. Pekerjaan di sawah sudah banyak digantikan oleh orang lain dengan menggunakan sistem upah.

B.      Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat diajukan
beberapa permasalahan yang akan diupayakan jawabannya dalam penelitian
ini. Adapun permasalahan tersebut antara lain adalah :

1. Bagaimana kehidupan masyarakat Desa sebelum dan sesudah adanya industri?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab pergeseran nilai budaya  di Desa?


C.        Tujuan Penelitian


Dari latar belakang dan permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Desa Srinahan sebelum dan sesudah adanya industri konveksi.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab pergeseran nilai budaya Jawa dalam masyarakat Desa Srinahan.














BAB II
PEMBAHASAN

Masyarakat Indonesia sedang memasuki era industrialisasi. Artinya, kehidupan masyarakat yang semula lebih banyak bertumpu pada kegiatan pertanian tradisional akan segera beralih pada kegiatan industri. Kalaupun nanti masyarakat tetap saja melakukan aktivitas ekonomi sebagai petani, tetapi orientasi kegiatan mereka telah beralih, tidak lagi sekedar subsisten saja tetapi sudah melangkah pada orientasi kepentingan pasar. Seiring
pun akan turut berubah. Jika semula porsi terbesar kehidupan masyarakat lebih banyak bertumpu pada kegiatan pertanian, pada masyarakat industrial akan lebih banyak terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar yang terbawa langsung oleh semakin maraknya aktivitas industri.  Sebelum dimulainya industri di desa ini, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.

Segala pekerjaan pertanian ini dikerjakan sendiri oleh petani yang dibantu oleh kelurga dan tetangga. Sistem pengolahan pertanian yang dilakukan pada waktu itu adalah liuran yaitu para petani bergantian saling membantu mengerjakan sawah milik petani lain. Biasanya, dalam liuran ini orang tidak mendapatkan upah, hanya saja mereka diberi nasi dan lauk pauk (disebut golong). Pada saat musim panen tiba, petani yang akan memanen padinya menyuruh para tetangga untuk ikut memanen. Upah yang diberikan berupa 1/5 bagian padi yang diperoleh (disebut bawon). Sebelum padi ini dipanen, petani melakukan syukuran berupa slametan, demikian pula bila ada masyarakat yang baru membeli sepeda motor dan lain-lain, mereka juga akan melakukan hal yang sama. Masyarakat melakukannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah masuknya industri ke desa , orang-orang mulai mengurangi aktivitasnya di sawah. Apabila dahulu orang-orang menggunakan sistem liuran dalam menggarap sawahnya, sekarang diganti dengan menggunakan sistem upah/bayaran. Bagi masyarakat yang memiliki industri konveksi cukup besar dan masih memiliki sawah, biasanya sawahnya diberikan pada orang lain untuk diolah yang kemudian hasilnya  mengenal adanya pembatasan jam kerja, sedangkan dalam industri konveksi ini sudah mulai ada pengaturan jam kerja yang ketat dan telah mengenal harti libur dalam bekerja.

Masyarakat transisi tradisional digambarkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang bercorak komunal tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik ke masyarakat industri yang bercorak individual modern yang materialistik. Kebudayaan selalu mengalami perubahan dari watu ke waktu. Lambat atau cepatnya perubahan itu tergantung dari dinamika masyarakat itu sendiri. Kebudayaan selalu berubah menyesuaikan diri dengan munculnya gagasan baru pada masyarakat pendukung kebudayaan itu. Munculnya perubahan kebudayaan dapat terjadi akibat pengaruh faktor-faktor internal yang muncul dari dinamika yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat pendukung kebudayaan itu sendiri, atau akibat pengaruh yang berasal dari luar masyarakat (Sairin, 2002:7).

Berkat kemajuan teknologi informasi, masyarakat semakin lebih terbuka dengan dunia luar. Segala bentuk kehidupan dari luar dengan mudah dapat disaksikan dan diketahui oleh masyarakat. Arah perkembangan kehidupan yang  demikian itu dengan sendirinya juga turut mengubah sistem nilai budaya masyarakat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan di daerah penelitian adalah masuknya industri konveksi ke dalam masyarakat. Sebelum adanya industri, masyarakat di desa ini adalah masyarakat agraris. Setelah masuknya industri ini mengubah masyarakat menjadi masyarakat industrial. Dengan berubahnya struktur masyarakat yang semula agraris menjadi masyarakat industrial, merubah pula kebudayaan yang dihasilkan. Walaupun tidak semua semua masyarakat beralih ke sektoe industri, namun sedikit banyak kebudayaan yang dihasilkan sedikit banyak telah mengalami pergeseran. Di dalam kehidupan ini memang tidak ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan. Salah satu yang juga berubah meskipun lambat adalah budaya. Perubahan budaya tentunya tidak sekedar menyangkut budaya material saja, akan tetapi juga perubahan pada sistem kognitif, sistem tindakan dan simbol- simbolnya.


Masuknya industri ke desa ini mengakibatkan berubahnya pola perilaku masyarakat. Masyarakat cenderung berperilaku seperti masyarakat pada negara- negara maju khusus dalam hal konsumeritas. Tetapi dalam perkembangannya, pola perilaku masyarakat tidak 100% mengacu pada negara-negara maju atau modern. Pola perilaku masyarakat di daerah penelitian ini masih dibayangi oleh nilai-nilai dan tatanan kehidupan lama. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam kehidupannya, masyarakat di desa ini masih menjalankan ritual slametan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Hal ini disebabkan orang jawa mempunyai ritual untuk mempertahankan, melanjutkan atau memperbaiki tatanan kehidupan yaitu dengan mengadakan slametan. Tujuan slametan ini menurut Koentjaraningrat ( Mulder, 1985:28) adalah untuk mencapai keadaan slamet yaitu suatu keadaan dimana peristiwa-peristiwa akan bergerak mengikuti jalan yang telah ditetapkan dengan lancar dan tidak akan terjadi kemalangan-kemalangan kepada sembarang orang.



















PENUTUP


  1. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan yaitu sebagai berikut :

1.      Pada mulanya masyarakat Desa Srinahan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini disebabkan lokasi Desa Srinahan mulai memasuki daerah perbukitan sehingga mempunyai tanah pertanian yang subur. Seiring perkembangan jaman dengan meningkatnya kebutuhan hidup, bidang pertanian ini dirasa tidak mampu mencukupi seluru kebutuhan hidup masyarakat. Disamping itu, para pemuda tidak tertarik lagi bekerja dibidang pertanian sehingga masyarakat Desa Srinahan ini banyak yang melakukan diversifikasi dibidang pekerjaan dengan membuka usaha konveksi di rumah-rumah mereka.

2.      Masuknya industri konveksi ke Desa Srinahan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Sebelum adanya industri konveksi di Desa Srinahan, masyarakat sangat menjunjung tinggi hubungan kekerabatan dan juga kerukunan diantara sesama. Namun setelah masuknya industri konveksi ke desa ini, hubungan kekerabatan pada warga masyarakat mulai merenggangdemikian juga dengan tradisi tolong menolong yang biasa dilakukan diantara warga. Sekarang kegiatan tolong menolong ini dilakukan pada warga yang berada di satu komunitas yang sama. Kelompok sosial ini berubah dari Gemeinschaft menjadi Gesselschaft. Jadi sistem nilai budaya yang bergeser pada masyarakat Desa Srinahan ini adalah nilai budaya tentang tolong menolong yang merupakan nilai budaya mengenai hubungan manusia dengan sesama.
















DAFTAR PUSTAKA



  • Ananta, Aris. 1986. Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek dan Permasalahan Ekonomi Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan
  • Alfian. 1986. Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : UI Press
  • A.B. Mountjoy. 1997. Industrialisasi dan Negara-negara Dunia Ketiga. Jakarta: Bina Aksara
  • Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar