Jumat, 28 Oktober 2011

Ton-ton'an

Film Dokumenter yang Harus di Ton-ton''



Kanal: Gaya Hidup





Bagaimana seseorang menginterpretasikan film yang ditonton dalam kehidupannya, bagi beberapa orang menonton film hanya bagian dari rutinitas yang berguna mencari hiburan semata, bagi sebagian lainnya dari film kita dapat belajar berbagai hal.
Pendapat orang mengenai sebuah film dapat bermacam-macam, ada yang mengomentari sesuai dengan seleranya, ada yang mengomentari dari sisi teknis pembuatan filim, ada yang mengulas tentang ide-ide yang diangkat dalam film tersebut. Pendapat-pendapat semacam ini menunjukkan bagaimana sebuah film mempengaruhi seseorang. Bahkan beberapa penikmat film genre tertentu memiliki kesamaan dengan karakter dari film tersebut. Jika boleh ditilik penonton film "Arisan" tentunya akan berbeda dengan penikmat film "Tali Pocong Perawan".
Sebagian film yang dibuat adalah film-film fiksi, terdapat satu jenis film yang masih kurang dikenal oleh orang banyak, yaitu film dokumenter. Anggapan bahwa film dokumenter banyak yang membosankan, pengambilan gambar yang masih jauh dari standar hollywood. Film dokumenter sebagai salah satu jenis film memiliki ciri khas yang dapat memikat penonton ke suatu ide-ide orisinil yang diangkat dalam film tersebut.
Bagaimana pula dengan penikmat film dokumenter? Sebagian besar penikmat film dokumenter memiliki ketertarikan dengan ide-ide orisinil yang disampaikan oleh film dokumenter, cenderung ke suatu media urban yang memikat dengan cara pengambilan yang abstrak, tidak mainstream, bahkan beberapa statis. Akan tetapi sifat-sifat film dokumenter inilah yang membuat para penikmatnya terhipnotis dan semakin menikmati. Film dokumenter disampaikan apa adanya, bagi para penikmat film yang sudah muak dengan sesuatu yang terlalu mainstream dokumenter merupakan pelarian yang indah.
Ide-ide yang orisinal inilah yang membawa film dokumenter memiliki satu segmen yang khusus di dunia sinematography. Terkadang film dokumenter mengangkat ide-ide sosial yang bisa mulai dari adat perkawinan hingga perubahan iklim yang mengubah pandangan dunia. Melalui film dokumenter pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film menjadi lebih efektif dan lebih lekat di pikiran penonton.





Menanti Film Orangutan Sintang Ala National Geographic dan Microsoft

Kompasianer menilai Aktual


Ilustrasi/Admin (Kompas Rony Ariyanto Nugroho)
Mata dunia kembali melirik Indonesia. Kali ini giliran Kalimantan Barat, tepatnya Kabupaten Sintang, yang berhasil menarik minat dunia dengan pesona Orang utan (Pongo pygmaeus). Tak kepalang tanggung, Orang utan dari Sintang tersebut akan difilmkan oleh National Geographic yang didukung oleh Microsoft, setelah ajakan kesepakatan kerjasama oleh organisasi non profit dunia, Orang utan Outreach. Berita ini saya peroleh dari satu koran lokal di Kalimantan Barat, saat berteduh dari hujan di satu warung kopi di Kota Bengkayang (satu kabupaten di Kalbar), beberapa waktu lalu.
Jarak Kabupaten Sintang dari ibukota provinsi sekitar 395 kilometer. Lokasi pengambilan film dokumenter mengenai Orang utan tersebut dilakukan di sekitar rumah adat Dayak Sintang, Betang (Long house) Ensaid Panjang, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari ibukota kabupaten. Kabarnya, lima orang anak dari beberapa negara di dunia, akan dipilih untuk menetap bersama masyarakat suku Dayak Sintang selama enam bulan, mulai Maret hingga September 2011. Lima anak tersebut akan melebur bersama anak-anak suku Dayak Sintang, belajar budaya setempat dan mengenali Orang utan di habitat alami yang ada di sana.
Betang Ensaid Panjang terletak di Desa yang bernama sama dengan rumah panjang tersebut, di Kecamatan Kelam Permai. Selain terdapat habitat alami Pongo pygmaeus, betang Ensaid Panjang juga terkenal dengan kerajinan kain tenun ikat Dayak yang sangat indah. Kain tenun ini dikerjakan secara manual dengan alat tenun yang masih tradisional. Bahan pewarna yang digunakan untuk kain ini ada yang alami, dari bahan pewarna tumbuh-tumbuhan di hutan sekitar Betang, dan pewarna kimia/buatan. Mengunjungi Betang Ensaid Panjang dapat dilakukan dengan mudah. Transportasi menggunakan kendaraan bermotor, dengan jalan darat yang beraspal.
Mata pencaharian utama penduduk di Ensaid Panjang adalah bertani dan menyadap karet. Menenun merupakan pekerjaan sampingan bagi perempuan Dayak setempat, yang biasanya dilakukan setelah menyelesaikan pekerjaan utama. Mereka juga membuat kerajinan tas, topi, tudung saji, tikar, berbahan rotan atau bambu.
Kealamian penduduk di Betang Ensaid Panjang, memang sangat menarik untuk diketahui. Kehidupan sosial dalam betang yang bisa menampung 100 orang, sangat rukun dan taat pada aturan adat istiadat yang berlaku. Termasuk, aturan untuk menjaga kealamian hutan di sekitar tempat tinggal mereka. Tak salah jika film dokumenter ala Microsoft dan National Geographic tersebut masuk dalam daftar film yang harus kita nantikan. Film ini rencananya akan diputar di bioskop dan masuk dalam 10 program National Geographic di televisi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar